Oleh
Tengku Mahesa
Khalid
Mengkritisi pemaparan “kohesivitas sosial yang koyak” ini
menjadi fenomena yang sedang dialami masyarakat indonesia hari ini. Banyaknya
peristiwa-peristiwa kekerasan yang terjadi antar sesama makhluk sosial. Mengapa kohesivitas sosial kita dewasa ini
sangat rapuh ? beberapa bulan belakangan ini kita masyarakat
indonesia disuguhi oleh peristiwa-peristiwa kekerasan sesama individu yang
berujung dengan kematian.
Salah satu hal yang menjadi perhatian rakyat yaitu soal
kepemimpinan, secara pribadi saya melihat indonesia saat hari jelas mengalami
“Kekosongan Kepemimpinan” yang ada dan berjalan sekarang hanya birokrasi. Jelas
dengan semua peristiwa-peristiwa yang terjadi dari beberapa bulan belakangan
ini sangat terlihat tidak berjalannya fungsi kepemimpinan sebagaimana mestinya.
Kekosongan kepemimipinan ini bisa menjadi pemicu kekecewaan rakyat. Kondisi
tersebut mengiring rakyat pada situasi frustasi dan teralienasi yang berujung
mudah tersulut pertikaian dan konflik. Kondisi inilah yang menjadikan kohesivitas
sosial kita menjadi sangat rapuh.
Bagaimana supaya
kohesivitas sosial kita bisa dirajut kembali dan keberagaman kita dapat bangkit
tumbuh subur kembali ? untuk
merajut kembali kohesivitas sosial tersebut kita butuh kepemimpinan. Negeri ini
sudah kehilangan kepemimpinan, yang ada hanya birokrasi yang terus berjalan
dengan kepentingan-kepentingan kaum elite. Negeri ini sudah tidak bisa menjaga
nilai -nilai ideologi pancasila. Hasil survei Setara Institute menyebutkan
bahwa: rasa frustasi sosial dan alienasi akibat ketidakpuasa rakyat terhadap
pemerataan pembangunan dan ekonomi berpotensi menjadi penyebab lahirnya sikap
intoleransi. Yang saat ini kita butuhkan yaitu kepemimpinan yang bijaksana
dalam dalam mengambil kebijakan dengan memegang teguh nilai -nilai pancasila
sebagai ideologi bangsa dan keberagaman kita dapat bangkit tumbuh subur
kembali.
No comments:
Post a Comment