Kunskring Pleis atau pada masa hindia belanda
disebut Bataviasche Kunstkring ( merupakan gedung Lingkaran Seni dari Nederland
Indische Kunstkring, Assosiasi Lingkaran Seni Hindia Belanda). Gedung ini
letaknya ada di Van Heutsz Boulevard (saat ini Jalan Teuku Umar No.1), yang
merupakan posisi istimewa dan strategis di kawasan Menteng. Gedung ini
merupakan jawaban, pada kebutuhan pada masa awal abad ke-20 beberapa warga kota
Batavia mengambil inisiatif untuk menghidupkan seni murni dan seni rupa.
Tanggapan masyarakat terlihat pada pameran-pameran seni lukis barat maupun
timur. (Eni Setiati.Ensiklopedia Jakarta 8.Jakarta : PT Lentera Abadi, 2009).
Kunstkring dibuka pertama kali pada 17 April 1914 dan aktivitasnya
gedung kunskring ini mulai eksis pada 1920-an yang diposisikan sebagai pusat
dari semua Kunstkring (lingkar seni) yang tersebar di Batavia, Bandung,
Surabaya, dan beberapa kota besar lain. Bataviasche Kunstkring kerap
menyelenggarakan pameran yang merupakan kulminasi reputasi dari daerah-daerah.
Bahkan mengadakan pameran bond kunstkring, atau pameran bersama dari berbagai
kunstkring. Kunstkring beranggotakan seniman-seniman Belanda atau Eropa yang
berdiam di Indonesia. Nama-nama besar seperti Pablo Picasso, Paul Gauguin dan
favorit pribadi saya Vincent Van Gogh memiliki karya-karya mereka ditampilkan
dalam galeri Bataviasche Kunstkring di tahun 1930-an.

Namun seiring berjalannya waktu Bangunan ini berubah fungsi beberapa
kali. Setelah populer di di bidang seni, gedung itu juga sempat menjadi kantor
untuk sebuah organisasi Islam yaitu Majelis Islam Alaa Indonesia (M.I.A.I) pada tahun
1942-1949, dan kemudian setelah indonesia merdeka gedung ini sempat menjadi
kantor Imigrasi yang dikelola Direktorat Jenderal Imigras pada tahun 1950-1997,
bahkan kita masih bisa lihat sekarang tertera pada bangunan: "IMMIGRASIE
NST-DJAWA ". Kemudian ditinggalkan selama beberapa tahun sebelum akhirnya dibeli
kembali oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta. Terjadi kontroversial ketika
Kunstkring Paleis menjadi Buddha Bar, yang jauh dari tujuan aslinya karena pada
Maret 2009 keberadaan Buddha Bar diprotes lantaran resto tempat minum-minum
(mabuk) itu menggunakan nama Buddha serta arca-arca Buddha sebagai
elemen dekorasi dan tampaknya menghina beberapa umat Buddha di sini. Berangkat
dari kegaduhan tersebut, sejumlah eksponen kesenian lantas mengimbau pemerintah
DKI Jakarta agar mengambil alih (membeli kembali) gedung yang sudah jadi milik
swasta itu, dan dikembalikan fungsinya sebagai gedung kesenian sekaligus resto.
Tanggal 4 Februari 2017 Kali ini, Klub Sejarah dan Museum (SEMU)
Backpacker Jakarta mendapatkan kesempatan istimewa untuk dapat berkunjung ke
Tugu Kunskring Paleis Menteng. Ini benar-benar pengalaman yang luar biasa dimana
kita mengunjungi gedung bersejarah yang menjadi saksi colonial jepang dan
belanda. Walaupun sempat berkali-kali berubah fungsi nya pada masa itu,
sekarang kita sudah bisa menikmati tempat ini karena selain di fungsikan
sebagai resto tapi juga sebagai galeri seni koleksi pribadi pemilikinya yaitu
bapak Anhar Setjadibrata. Namun sekarang dikelola oleh putranya.
Kemudian Kunskring ini menjadi sebuah resto, namun bukan sekedar resto
biasa tempat orang-orang makan dan minum pada umumnya saja tapi juga di
kembalikan kepada fungsi awalnya yaitu di bidang seni. Dari luar memang
terlihat seperti gedung tua putih khas arsitertur belanda dengan dua menara di
kiri dan kanan gedung tapi di dalamnya gedung kunskring ini sangat berbeda,
pada ruangan kunskring ini selain di isi dengan meja-meja makan dengan dekorasi
ala eropa dan kerajaan. Namun tak kalah menariknya bisa kita lihat pada dinding-dingingnya
juga di hiasi oleh lukisan-lukisan yang luar biasa oleh pelukis terkenal yang
sangat memanjakan mata kita apalagi bagi seorang penikmat seni lukis. Selain
interior kunskring yang sangat mewah dan eksotis di tambah dengan sentuhan seni
yang kental melekat pada setiap jengkal dindingnya, lantai dan tangga dari kayu
hitam menambah nuansa tradisional di dalamnya. bahkan banyak sekali foto-foto
dokumentasi bapak presiden republik Indonesia yang pertama yaitu Bung Karno.
Di ruangan paling depan setelah pintu masuk kita di sambut oleh gerbang pintu besar berwarna kuning seakan terlihat gerbang ini terbuat dari emas murni. Lekukan motif yang detail indah nan menawan pada gerbang itu terlihat menambah kemegahannya terlihat seperti di buat oleh seniman yang hebat, tentunya bernilai sangat tinggi.
Setelah itu ruangan tengah yang besar dengan sususan meja-meja bulat dengan dekorasi mewah bak di istana inggris. Pada dindingnya terbentang lukisan repro besar tentang penangkapan Pangeran Diponogoro karya Raden Saleh yang di dalamnya terdapat gambar diri pak Anhar sang pemilik kunskring ( Pemilik tugu grup hotel ). Ditambah cahaya sendu dari lilin yang menambah eksotisnya ruangan tersebut. Dibagian lain juga terdapat ruangan yang tidak kalah menariknya dengan bernuansa Tiongkok yang khas dengan warna merah lengkap dengan lampion merah yang di gantung bertuliskan aksara khas tiongkok. Sejenak kita seperti terasa berada di private resto di tiongkok berbeda dengan ruangan sebelumnya yang kental dengan nuansa eropa yang megah.
Kemudian kita mulai menjelajahi lantai kedua gedung ini melewati anak tangga dengan nuansa gelap yang minim cahaya. Ruangan atas ini lebih terlihat seperti aula yang sering di gunakan untuk pameran seni lukis di tiap jengkal permukaan dindingnya. Pada saat kunjungan kami kali ini sedang ada di pamerkan lukisan dengan tema “ Jagonya Jagoan “. lukisan ini bergambarkan Seekor ayam jago dengan berbagai aksinya. Belasan lukisan cantik dan menawan menghiasi tiap jengkal ruangan ini. Namun di tengah-tengah ruangan ini tetap terdapat meja makan bulat yang besar dengan Bar di depanya. Di sisi kiri dan kanan aula ini ada ruangan makan yang tepat berada di dalam menara yang bisa kita lihat dari luar gedung ini. Dibagian beranda luar tepat di bawah tulisan "IMMIGRASIE NST-DJAWA " juga terdapat meja dan kursi makan sederhana untuk sekedar bersantai dengan pemandangan halaman gedung yang hijau dengan pepohonan rimbun. Tempat ini lebih cocok untuk kalian yang perokok ingin menikmati dengan pemandangan sembari makan-makan santai.
Sekian cerita dari saya tentang trip sejarah dan museum kali ini. Akan
sangat bijaksana bila kita tetap terus menjaga dan mengeksplore tempat-tempat
bersejarah ini. Bukan hanya untuk refreshing semata namun ada nilai pengetahuan
di dalamnya, dimana nanti bisa kita ceritakan ke anak cucu kita kelak betapa
beragam dan bernilainya peninggalan serjarah masa lalu Indonesia.
Well said Tengku
ReplyDeletethanks :)
Delete