Kali ini saya ingin berbagi cerita dan pengalaman
buat para pembaca semua. Trip saya kali ber Elemen “ Air “. Berbeda dari trip
saya sebelumnya yang ber Elemen “ Tanah “. Artinya cerita kali ini tanah hanya
menjadi persinggahan saja dan Air yang mendominasi disini. Baiklah langsung
saja yaa.. Cerita punya cerita perjalanan ini saya lakukan pada
tahun 2015 silam, tapi baru sekarang sempat saya tuangkan dalam tulisan.
Tepatnya jumat 20 Maret 2015 kami mulai bertemu di titik kumpul yaitu di
pelabuhan Merak. Karena sudah berkumpul disini artinya ini adalah pelabuhan
yang menjadi sarana untuk penyebarangan oleh transportasi darat menuju ke pulau
sumatera dengan menggunakan Kapal Fery penyeberangan yang khusus mengangkut
Kendaraan-kendaran darat. Trip saya kali ini yaitu mengcicipi Bumi elemen air yaitu
Pulau Pahawang. Pulau Pahawang adalah desa dan pulau di kecamatan Marga Punduh,
Kabupaten Pesawaran, Lampung, Indonesia. Pulau ini terletak lepas Teluk Punduh.
Pulau pahawang ini pada awal 2013 masih terdengar
asing di telinga para travellers, khususnya yang berada di pulau jawa. Karana
pahawang ini terletak di pangkal pulau sumatera provinsi lampung, tidak sedikit
juga yang pada akhirnya banyak di gandrungi oleh traveller dari pulau jawa
khususnya warga Jakarta. Biasanya pulau yang menjadi favorit warga Jakarta adalah
kepulauan seribu, selain waktu tempuhnya yang lumayan bisa terjangkau juga
biaya transportasi kesana terbilang sangat terjangkau. Apalagi sekarang Dishub juga
ikut mengelolanya dengan disediakanya Kapal cepat “Kerapu”, tentunya ini
semakin lebih efektif dan efisien di bandingkan dahulu kita harus naik kapal
nelayan dan berdesak-desakan. Namun kapal nelayan ini tetap masih ada sebagai
opsi traveller, tentunya dengan harga yang lebih murah. Tidak sedikit juga
sekarang disediakanya paket-paket perjalanan ke pulau seribu yang sangat
bervariasi harganya, ini yang menjadikan pulau-pulau di kepulauan seribu
semakin menjadi primadona.
Cerita punya cerita semakin mengeliatkan objek
wisata air di kepualauan seribu ini, tanpa sadar pulau pahawang pun mulai
memperlihatkan Tajinya. Hal ini terlihat ketika tahun 2015 saya berkunjung
kesana bersama 10 orang traveller yang gokil abis. Malam itu hari jumat sekitar
jam 00.00 kami mulai berangkat menggunakan kapal fery tersebut menuju ke
palabuhan bakauheni di provinsi lampung. Penyeberangan merak-bakauheni ini
memakan waktu sekitar 4 jam, namun sebelum berangkat ada hal menarik disini. Setibanya
di dalam kapal, kami langsung mencari spot duduk yang pas buat sekedar rebahan
dan duduk. Dibagian paling atas kapal ini model terbuka yang tidak memiliki
atapnya. Disitu kami melihat banyak anak-anak kecil dan remaja yang sedang
bersiap-siap ingin melompat ke dalam air dari atas ketinggian kapal lebih dari
20 meter. Hal itu sangat menegangkan bagi kami, di malam hari bermodalkan
sehelai celana dan baju kaos oblong bahkan ada yang tanpa baju mereka melopat
ke dalam air. Tapi mereka melompat bukan Cuma-Cuma, tapi mereka akan melompat
bila kita memberikan sedikit uang, yah itung-itung pertunjukan extream yang
tidak setiap hari kita lihat. Beberapa orang disitu tidak sedikit juga yang
memberikan uang pada anak itu. Kemudian tanpa ragu anak itu langsung lompat ragu
ke dalam air, ternyata di air itu masih banyak teman-temanya bermain di sisi
badan kapal feri ini. Sungguh tidak ada sedikitpun keraguan dan takut bagi
mereka bermain main di pinggir kapal feri, malam hari dan melompat pula dari
atas kapal itu sangat menegangkan bagi kami yang melihatnya.
Akhirnya kapal feri kami pun bertolak dari pelabuhan
merak, cuaca pagi hari ini sangat berangin karena memang ini di tengah laut menyeberangi selat sunda. Bagi yang tidak kuat dengan angin ini kita bisa
turu satu lantai dari lantai paling atas tadi. Disitu anginya tidak sekencang diatas
tadi, karena sebagian dilantai ini ada ruangan yang tertutup dan yang terbuka
tapi beratap. Kami lebih memilih di luar yang beratap, disitu kami langsung
menumpukan tas kami dan mulai duduk bersandar di tas-tas itu. Sambil menikmati
langit malam di selat sunda, semilir angin sunyi yang berbeda dengan Jakarta. Beberapa
teman sudah mulai tertidur karena takut mabuk laut karena ini pengalaman
pertama mereka naik kapal besar seperti ini ke pulau sumatera. Kalau saya sendiri
dari kecil sudah sering bolak balik naik kapal ini dari riau-jakarta jadi sudah
terbiasa.
Tepat jam 04.00 pagi kapal feri yang kami naiki
mulai berlabuh di pelabuhan bakauheni. Ketika kami menginjakan kaki di ubin dalam
ruangan kedatangan pelabuhan itu dengan senang hati saya mengucapkan kepada 9
orang teman-teman saya “ Selamat Datang Dipulau Sumatera”. Dengan wajah kusut
bangun tidur entah sadar atau tidak mereka saat itu yang pasti mereka masih
bisa berjalan kaki menuju pintu keluar, karena bus pariwisata sudah menunggu untuk
membawa kami ke Pelabuhan Ketapang. Pelabuhan inilah yang akan menjadi titik
untuk masuk menuju pulau pahawang di sebrerangnya.
Sekitar jam 08.00 pagi sabtu itu kami tiba di
pelabuhan ketapang dan sudah disiapkan makanan oleh paket tour kami. Lokasinya tepat
di pinggir pelabuhan, namun pelabuhan ini hanya untuk perahu-perahun kecil jadi
dermaganya juga kecil. Sambil makan di dialam rumah itu ada halaman belakang
yang terbuka yang mengarah langsung ke laut. Benar-benar pemandangan yang luar
biasa, airnya sangat jernih hingga kita bisa melihat dasarnya sekitar satu
meter lebih ke bawah lengkap dengan ikan-ikan kecil bermain di atasnya. Rasa penasaran
kami mulai keluar, bagaimana dengan yang ada di pulau sana ya pastinya juga
lebih jenih airnya dan banyak biota laut lainya disana. Tanpa berlama-lama jam
09.00 pagi itu kami pulai berangkat dari dermaga kecil di pelabuhan ketapang
itu dengan mengunakan perahu bermotor. Perjalanan ke pulau pahawang ini memakan
waktu sekitar 45-60 menit, dalam waktu itu kami gunakan untuk mendokumentasikan
alam sekitar kami. Mata dimanjakan oleh alam yang indah, sejauh mata memandang
hanya ada air dan pulau pulau yang berbukit. Ada sekitar 2 pulau besar disana
ketika dalam perjalanan ke pulau pahwang. Disetiap pulau itu terdapat satu
gunung besar. Berbeda dengan kepulauan seribu yany terdiri dari pulau-pulau
kecil tiada bergunung.
Akirnya kami sampai di rumah tempat kami menginap di
pahawang. Setelah berbenah mempersiapkan barang-barang yang perlu di bawa kami
segera menaiki perahu yang membawa kami kesini tadi dan telah di sediakan satu
set alat Snorkling untuk melihat alam bawah laut pahawang. Dalam trip ini ada skitar 4 spot snorkeling yang
kami datangi dan itu sangat melelahkan ketiak kita harus keluar masuk air dan
berpindah tempat ke spot snorkeling lainya. Namun lelah itu terbayar dengan
keindahanya. Alam laut bumi pahawang memang tidak kalah dengan kepulauan
seribu. Pulau pulau kecil di skitar kami menambah indahnya spot snorkeling kami
siang itu. Sekitar jam 13.00 kami mampir
di sebuah pulau untuk makan siang yang telah di sediapkan sebelumnya. Kemudian sampai
jam 3 sore pun kami masih bermain air di sekitaran bumi pahawang ini. Air yang
jernih, udara yang bersih dan laut yang tenang karena masih sepi dari para
pengunjung semakin terasa tempat pribadi. Karena spot snorkeling yang terlalu
banyak pengunjung itu sangat tidak nyaman.
Sekitar jam 4 sore kami mulai kembali ke penginapan
di pulau pahawang tadi, terlihat banyak sekali di pulau itu para pengunjung
yang bermain di dermaga hanya untuk berfoto-foto. Terdengar dari logat dan
bahasanya kebanyakan dari mereka orang-orang di pulau jawa terutama Jakarta. Setelah
bersih-berih diri kami pun mulai di hidangkan makanana malam itu lengkap dengan
ikan bakar satu talenan besar yang sangat banyak. Ternyata tidak semua teman-teman yang suka
makan ikan, namun masih ada menu lain yang bisa mereka makan. Sedikit lagu
berjudul “ Kemesraan ” dari ciptaan bang iwan fals malam itu dengan gitar kecil
yang kami bawa sangat membantu memeriahkan suasana malam hari ini. Lirik-lirik
lagu itu seakan menjelma menjadi nyata di hadapan kami. Malam itu hanya kami,
lautan dan Pahawang.
Pagi hari pun menjelma hari minggu itu, segera
menyantap sarapan yang telah di sediakan dan saat nya kami pulang kembali ke Jakarta.
Dalam perjalanan pulang kembali ke pelabuhan ketapang, kami mampir dulu ke
beberapa pulau di dekat situ sekedar untuk berfoto-foto. Walaupun sudah dalam
keadaan bersih-bersih mau pulang, namun air di pulau itu sangat mengoda untuk
di cicipi. Tanpa berfikir panjang, karena tidak tahu kapan lagi bisa kemari
dengan segera saya melepas baju dan langsung melompat ke dalam air. Teman-teman
saya yang cewe hanya melihat saja, karena mereka sudah berdandan total untuk
perjalanan pulang ke Jakarta. Akan sayang bila dandanan merake luntur terkena
air lagi. Saat itu seorang teman saya yang laki-laki pun tidak tahan melihat
saya bermain air waktu itu. Sedikit provokasi dari saya akhirnya membuat dia
juga ikut terjun ke dalam air di pulau itu tanpa melepas bajunya. Ini sangat
menyenangkan karena ini bukan hal yang bisa kita lakukana satu bulan sekali
bahkan satu sekali kita belum tentu bisa merasakan hal yang seperti ini lagi. Karena
bila di bandingkan dengan kepulauan seribu perjalanan ke pahawang ini sangat
jauh, kita harus naik kapal besar, terus naik bus lagi kemudian harus naik
perahu lagi.
Akhirnya siang itu kami berangkat dan sampai di
pelabuhan bakauheni menunggu kapal feri yang akan bersandar untuk kami
tumpangi. Semua mata terpana melihat kapal-kapal besar itu dari jembatan masuk,
satu persatu kapal itu merapat ke dermaganya dengan mengeluarkan aba-aba
seperti bunyi terompet besar. Selamat tinggal Lampung, selamat tinggal
pahawang. Satu langkah kaki kami menginjak pintu masuk kapal feri ini resmi
kami meninggalkan lampung dan pahawang. Mari kita jaga alam ini, kelak suatu
saat agar anak cucu kita bisa juga menikmatinya. Menghormati dan sopan pada
penduduk setempat di setiap perjalanan kita itu akan lebih bijaksana. Setiap pengalaman
mengajarkan hal-hal baru karena pengalaman adalah guru yang terhebat. Sekian travel
story dari saya. See you on the next story.
No comments:
Post a Comment