Kali ini saya ingin berbagi cerita buat para pembaca dan
traveller semua tentang perjalan saya kali ini ke gunung prau bersama 24 Orang
Pendaki-Pendaki Gokil Badai dari komunitas Backpacker Jakarta. Gunung Prahu
(terkadang dieja Gunung Prau) dengan ketinggian 2.565 mdpl pada puncaknya
yang terletak di kawasan Dataran Tinggi
Dieng, Jawa Tengah, Indonesia. Gunung Prau terletak pada koordinat 7°11′13″LU
109°55′22″BT. Gunung Prau merupakan tapal batas antara tiga kabupaten yaitu
Kabupaten Batang, Kabupaten Kendal dan Kabupaten Wonosobo.
Puncak Gunung Prau merupakan padang rumput luas yang
memanjang dari barat ke timur. Bukit-bukit kecil dan sabana dengan sedikit
pepohonan dapat kita jumpai di puncak. Gunung Prau merupakan puncak tertinggi
di kawasan Dataran Tinggi Dieng, dengan beberapa puncak yang lebih rendah di
sekitarnya, antara lain Gunung Sipandu, Gunung Pangamun-amun, dan Gunung
Juranggrawah.
Perjalanan ini memakan waktu 3 hari 2 malam dimulai pada tanggal 16-18 Desember 2016. Dengan 24 pendaki, 13 orang pendaki laki-laki dan 11 orang pendaki wanita. Dengan menggunakan bus pariwisata kami mulai bergerak dari meeting point (Sekretariat Backpacker Jakarta) tepat jam 22.00 wib jumat malam tanggal 16 Desember 2016.
Perjalanan ini memakan waktu 3 hari 2 malam dimulai pada tanggal 16-18 Desember 2016. Dengan 24 pendaki, 13 orang pendaki laki-laki dan 11 orang pendaki wanita. Dengan menggunakan bus pariwisata kami mulai bergerak dari meeting point (Sekretariat Backpacker Jakarta) tepat jam 22.00 wib jumat malam tanggal 16 Desember 2016.
Ketika bus telah
memasuki tol menuju dieng, kami pun mulai tertidur pulas dan tanpa sadar sudah
terbangun jam 5.30 pagi tepatnya hari sabtu tanggal 17 Desember 2016 dalam
keadaan bus yang terhenti di tengah jalan. Rasa penasaran saya mencari tau apa
yang membuat bus kami terhenti dini hari ini. Stelah turun dari bus dan
menanyakan pada kernet bus kami si aki (entah siapa namanya, kami memanggilnya
begitu)Tenyata terjadi antrian panjang berkilo-kilo meter di depan kami di
sebabkan oleh kondisi jalan yang sangat jelek dan ada perbaikan, sehingga bus
dan mobil yang lewat harus bergantian. Waktu sudah menunjukan hampir jam 06.00
pagi, matahari mulai terlihat bangkit dari singasananya. Kami pun bergegas
mencari musala terdekat untuk sholat subuh. Bagi yang muslim sejauh dan sesulit
apapun perjalanan kita sholat 5 waktu jangan sampai di tinggalkan. Ini menjadi
tantangan buat saya pribadi. Mumpung bus masih terhenti kami bergegas
menyelusuri rumah warga di pinggir jalan itu. Alhamdulillah kami menemukan
musala dan segera menunaikan sholat sebuh, lalu kami bergegas kembali ke bus.
Perjalanan kami dimulai
Akhirnya jam 20.00 WIB kami baru masuk di daerah dieng. Kami pun
berjalan kaki menuju basecamp jalur pendakian Patak Banteng, Wonosobo. Selain
itu ada dua jalur pendakian lainya yaitu jalur panten di kecamatan bawang dan
jalur kenjuran, Kendal.
Perjalanan kami dimulai ketika Sesampainya di basecamp jalur pendakian patak banteng, wonosobo.
Selain itu ada dua jalur pendakian lainya yaitu jalur panten di kecamatan
bawang dan jalur kenjuran, Kendal pada jam 20.30, kami pun mulai beristirahat
karena kelelahan menghadapi kemacetan dari pagi hari tadi dan di rencanakan
akan mulai melakukan pendakian jam 22.00 WIB malam itu juga. Normalnya
pendakian prau ini memakan waktu sekitar 3 jam sampai ke area Sunrise Camp
yaitu tempat camping para pendaki dengan pemandangan yang luar biasa indahnya.
Namun sebelum itu kita harus melewati 3 pos yaitu pos 1 Sikut Dewo, Pos 2
Canggal Walangan dan Pos 3 Cacingan. tentunya dalam perjalanan pulang kami tidak melewati jalur saat naik kemarin, namun kami turun melawati jalur kalilembu.
Sekitar jam 21.30, kami pun mulai berbenah bersiap-siap
untuk memulai pendakian malam itu. Kondisi dieng ini sangat dingin apalagi
pendakian malam hari selain dingin angina di jalur pendakian juga sangat
kencang. Pastikan di persiapkan jaket, hedlamp dan sepatu yang memadai.
Pastinya harus mengunakan celana panjang ya guys untuk mengantisipasi goresan
pada kaki apalagi ini malam hari dan juga agar kaki tetap hangat. Tepat pada
jam 22.00 WIB setelah persiapan selesai dan sedikit pengarahan dari CP ( bagitu
sebutnya buat sang coordinator atau kepala regu) dan berdoa, kami pun memulai
pendakian malam itu dengan Semagat 45.
Eitss, tunggu dulu
guys.. perjalanan baru saja di mulai. Tanjakan demi tanjakan kami lewati, angin
berhembus kencang malam itu seakan berkolaborasi dengan dinginnya cuaca dieng
yang menyentuh kulit kami malam itu. 30 menit pendakian pertama beberapa
pendaki mulai merasakan nafas yang yang tersengal-sengal tidak beraturan di
tambah angin yang kencang membuat kami sdikit kesulitan bernafas. Sejenak kami
berhenti di tengah jalan jalur pendakian, beberapa teman duduk beralasakan
tanah bebatuan di jalur itu. Bila kondisi tubuh mulai capek tanpa sadar mulai
ada yang meracau seperti ini “ tukeran keril donk, punya gw berat bgt ” .
setelah tukeran sama si B. si B bilang “kya nya beratan punya gw deh”. Lalu si
A bilang “ masa ? beratan punya gw nih “. Disitu menjadi hiburan tersendiri dan kita harus tetap tersenyum-senyum. Mungkin Saking capeknya uda bingung merasakan mana yang lebih ringan dan
berat. Dalam trip seperti sudah menjadi hal yang biasa laki-laki seperti kami
ini sering membawakan keril wanita yang sedang kecapean. Bahkan sesama wanita
juga membantu dengan saling tuker keril yang memang di rasa berat olehnya.
Namun sbenarnya beratnya sama aja bahkan lebih berat lagi ketika di tuker.
Kecapean di dalam pendakian itu memang sudah lumrah, namun bila tidak bisa mengontrolnya akan mempengaruhi psikologis kita. Biasanya sifat-sifat jelek nya mulai keluar seperti egois atau mau enaknya sendiri tanpa memikirkan yang lain. Dalam pendakian kerjasama tim itu sangat penting namun saling pengertian antar satu sama lain itu juga penting. Jangan sampai kita menjadi beban buat yang lainya walaupun temen-temen yang lain sangat setia pada kita. Maka dari itu diperlukan persiapan fisik yang mencukupi untuk mendaki.
Namun tidak sampai disitu saja keseruanya. yang lucunya lagi bahkan ada yang bilang begini “ bisa pake motor ya sampai disini, tau gitu gw pake motor ” hi hi hi. Itu bagaikan hiburan tersendiri karena tidak sedikit pendaki menanggapinya dengan senyum dan tawa. Tidak sedikit juga dari teman-teman yang saling memberikan semangat “ Ayooo, semangat.. nikmati setiap langkah yang ada”. Bahkan kalian pasti sering dengar dialog kya gini “ berapa lama lagi sampainya ya ? masih jauh ga ? “ terus ada yang jawab gini “ uda deket koq, satu tanjakan lagi sampe “. ( hayoo siapa tuhh. Ha ha)
Dalam pendakian itu Puncak yang menjadi tujuan hanyalah Bonus, namun proses atau perjalanan menuju ke puncak itu yang sangat menarik dan berharga. banyak hal-hal menarik yang bisa kita amati. mulai dari variasi track yang kita lewati sampai kepada kepribadian teman-teman kita yang mendaki. kalo kata bang Iwan Fals " Tujuan Bukan Utama, Yang Utama Prosesnya".
Cerita punya cerita, tepat jam 01.00 dini hari tanggal 18 Desember 2016 kami sampai di Sunrise Camp yaitu lokasi tempat camping para pendaki. Dalam kondisi angin yang kencang malam itu kami mulai mencari lokasi yang pas untuk camping. Dengan segera kami membongkar keril dan peralatan camping yang ada terutama tenda. Suatu tantangan merakit tenda di tengah angin kencang pagi gelap gulita itu. Setelah frame tenda terpasang dengan di pegangi beberapa orang nyaris tenda terbang terbawa angin sebelum sempat di pasangi layer dan pasaknya. Cukup makan waktu lama saat itu namun akhirnya selesai sudah 4 tenda yang berdiri pagi itu. Begegas semua teman-teman masuk ke dalam tenda dan menghangat kan diri dengan teh manis hangat dan kopi. Namun beberapa teman yang kecapean ada yang langsung tertidur pulas, bahkan ada yang masih masak-masak dan makan pada jam 02.00 dini hari itu.
Ketika hendak tidur, tiba-tiba seorang teman minta di
temenin buang air kecil. Sebenarnya mager banget keluar tenda di malam yang
dingin dan berangin itu. Tapi apalah daya aku hanya seorang laki-laki biasa
yang datang dengan kuda dan pedang yang tak mungkin menolak permintaan seorang
wanita. Kondisi gelap pagi itu cukup sulit menemukan lokasi buang air kecil
yang pas buat Tuan Puteri agar aman dan nyaman dari Para Pasukan-pasukan
berkuda lain yang bisa datang kapan saja. Tumpukan kayu kering yang rimbun
menjadi pilihan terbaiku pagi itu. Silahkan tuan puteri beta akan berjaga di
sekitar sini. Takan beta biarkan satu anak panah pun menghampiri tuan puteri. “
eh lu hadap ke sana, headlampnya juga “ kata tuan puteri dengan tegas nya. Saya
Cuma jawab “ SIAP”.
Sekembali nya dari situ, kami pun kembali ke tenda, ternyata
ada satu tuan puteri lagi di tenda itu yang sedang masuk angin dan minta di
oleskan minyak kayu putih sembari ingin menganti bajunya. Sekali lagi saya dan
penunggang kuda berkacamata. “ Tolong Mengahadap Ke Belakang Sebentar “ kata
tuan puteri. Kami hanya menjawab “ SIAP”. Lelah sekali pagi itu dan setelah dua
tuan puteri ini tertidur barulah kami ksatria berkuda bisa tertidur juga.
Pagi pun mulai menjelma, waktu itu saya bangun jam 05.30 WIB
dan beberapa teman sudah ada yang duluan bangun di temani seduhan kopi hitam
hangat serta cemilan – cemilan lainya. Ada yang lapar, ada yang kenyang, ada
yang pengen pipis ada juga yang pengen Buang Air Besar.
Udara yang sangat dingin mulai terasi sediki demi sedikit di
dalam tenda. Ketika seorang teman keluar dari tenda beliau langsung bergegas
kembali masuk ke dalam dengan gemetaran. Rasa penasaran saya mencari tau apakah
sedingin itu di luar sana. Dengan membaca Bismillah saya mulai keluar dari
tenda dan itu sangat sangat luar biasa dinginya. Saya pikir jaket saya sudah
cukup tebal untuk menangkal dinginnya udara, tenyata jaket ini pun tembus oleh
udara dingin menusuk ke kulit dan tulang saya. Hampir sekitar 15 menit saya
gemetaran di luar tenda dengan pemandangan kabut putih tebal dan sayup-sayup
langit mulai menunjukan warnanya. Namun matahari belum juga terlihat.
Sambil menunggu kabut tebal putih ini sirna, tak lama
kemudian tuan puteri membawakan secangkir teh hangat padaku. Satu sampai tiga
tegukan teh hangat membuat diriku hangat bagaikan serigala di kutub utara.
Seketika gemeteran pun hilang tanpa kusadari walau masih terasa dingin.
Perlahan namun pasti kabut di dapan kami pun mulai sirna. Tersingkap sedikit
kabut itu dan terlihat oleh ku sebuah gunung besar yang indah. Namun
pemandangan ini belum sempurna. Bagaikan puzzle yang masih belum tersusun rapi
tiap potonganya.
Ketika waktu sudah menujukan jam 06.13 Wib. Matahari mulai
memerlihatkan terangnya menembus kabut putih tebal itu. Pelan-pelan kabut mulai
terhembus oleh angina dan matahri menyinari bukit-bukit di depan kami saat itu
aku mulai melihat bukit-bukit nan Hijau elok menyegarkan mata. Di belakanganya
berdiri dua Gunung Sindoro dan Sumbing dengan gagahnya bagai Ksatria Pemberani.
Sungguh sulit di deskripsikan dengan kata-kata.
Setelah kami Berfoto ria mengabadi momen yang luar biasa ini
kami pun mulai bersiap-siap membereskan tenda dan peralatan lainya untuk pulang
kembali ke basecamp. Namun dalam perjalanan pulang ini kami akan melewati tugu
puncak tertinggi gunung prau ini. Dalam perjalanan menuju tugu tersebut kami
akan melewati bukit teletubies yang sangat mempesona seperti di film anak-anak
di era tahun 90 an. Bagi saya ini lebih terlihat seperti wallpaper pada
computer windows 99. Saat ini sejauh mata memandang hanya ada bukit-bukit hijau
yang indah tersusun rapi, beratapkan langit biru dan beralaskan rerumputan
hijau yang sangat menyegarkan mata.
Sekitar jam 10.00 wib
akhirnya kami tiba di puncak tertinggi gunung prau. Pemandangan yang di
suguhi berbeda dengan lokasi sebelumya, bila di sunrise camp kita melihat
pemandangan bukit-bukit hijau dan gunung-gunung seperti sindoro dan sumbing. Di
puncak ini kita hanya melihat desa pemukiman penduduk dieng yang dikelilingi
oleh bukit-bukit hijau yang indah. Petak-petak sawah yang tersusun rapi, mata
seakan tidak berkedip melihatnya, begitu takjub akan keasrian bumi dieng ini Masyaallah
sungguh luar biasa ciptaan Allah subhanawataala ini.
Akhirnya tepat jam 12.00 siang kami sudah tiba di bawah
yaitu di basecamp gunung prau jalur kalilembu. Setelah bersih-bersih dan
berbenah barang-barang bawaan kami, sekitar jam 13.30 siang kami di jemput
dengan bus yang membawa kami ke dieng dan kembali ke kota metropolitan yang
sibuk yaitu Jakarta. Kami kembali ke kehidupan semula dengan kesibukan
masing-masing di kelilingi gedung-gedung tanpa alam yang indah nan menawan
seperti dieng. Percayalah akan sulit kalian move on dari tempat ini bila sudah
merasakanya langsung. Siapkan waktu siapakn buget dan siapkan semangat, nikmati
dan cintailah alam ini. akan sangat bijaksana bila kita bisa menjaga dan rawat alam ini agar tetap sehat sebagaimana kita merawat diri kita. Sekian dongeng
dari saya, Terimakasih untuk semua para pembaca.
How to gamble online with no deposit bonus 2021 - DRMCD
ReplyDeleteHere you will find 속초 출장안마 some 진주 출장안마 information 김천 출장마사지 about gambling bonus sites that 밀양 출장샵 offer bonus codes that give you real money. You can also access these 군산 출장샵