CAPOEIRA, TRAVELLING, STUDY AND LOVE

My LIfe My Adventure

Sunday, February 5, 2017

From Prau With Love




Kali ini saya ingin berbagi cerita buat para pembaca dan traveller semua tentang perjalan saya kali ini ke gunung prau bersama 24 Orang Pendaki-Pendaki Gokil Badai dari komunitas Backpacker Jakarta. Gunung Prahu (terkadang dieja Gunung Prau) dengan ketinggian 2.565 mdpl pada puncaknya yang  terletak di kawasan Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah, Indonesia. Gunung Prau terletak pada koordinat 7°11′13″LU 109°55′22″BT. Gunung Prau merupakan tapal batas antara tiga kabupaten yaitu Kabupaten Batang, Kabupaten Kendal dan Kabupaten Wonosobo.



       Puncak Gunung Prau merupakan padang rumput luas yang memanjang dari barat ke timur. Bukit-bukit kecil dan sabana dengan sedikit pepohonan dapat kita jumpai di puncak. Gunung Prau merupakan puncak tertinggi di kawasan Dataran Tinggi Dieng, dengan beberapa puncak yang lebih rendah di sekitarnya, antara lain Gunung Sipandu, Gunung Pangamun-amun, dan Gunung Juranggrawah.




     Perjalanan ini memakan waktu 3 hari 2 malam dimulai pada tanggal 16-18 Desember 2016. Dengan 24 pendaki, 13 orang pendaki laki-laki dan 11 orang pendaki wanita. Dengan menggunakan bus pariwisata kami mulai bergerak dari meeting point (Sekretariat Backpacker Jakarta) tepat jam 22.00 wib jumat malam tanggal 16 Desember 2016.



        Ketika bus telah memasuki tol menuju dieng, kami pun mulai tertidur pulas dan tanpa sadar sudah terbangun jam 5.30 pagi tepatnya hari sabtu tanggal 17 Desember 2016 dalam keadaan bus yang terhenti di tengah jalan. Rasa penasaran saya mencari tau apa yang membuat bus kami terhenti dini hari ini. Stelah turun dari bus dan menanyakan pada kernet bus kami si aki (entah siapa namanya, kami memanggilnya begitu)Tenyata terjadi antrian panjang berkilo-kilo meter di depan kami di sebabkan oleh kondisi jalan yang sangat jelek dan ada perbaikan, sehingga bus dan mobil yang lewat harus bergantian. Waktu sudah menunjukan hampir jam 06.00 pagi, matahari mulai terlihat bangkit dari singasananya. Kami pun bergegas mencari musala terdekat untuk sholat subuh. Bagi yang muslim sejauh dan sesulit apapun perjalanan kita sholat 5 waktu jangan sampai di tinggalkan. Ini menjadi tantangan buat saya pribadi. Mumpung bus masih terhenti kami bergegas menyelusuri rumah warga di pinggir jalan itu. Alhamdulillah kami menemukan musala dan segera menunaikan sholat sebuh, lalu kami bergegas kembali ke bus.



Perjalanan kami dimulai  Akhirnya jam 20.00 WIB kami baru masuk di daerah dieng. Kami pun berjalan kaki menuju basecamp jalur pendakian Patak Banteng, Wonosobo. Selain itu ada dua jalur pendakian lainya yaitu jalur panten di kecamatan bawang dan jalur kenjuran, Kendal.

Perjalanan kami dimulai ketika Sesampainya di basecamp  jalur pendakian patak banteng, wonosobo. Selain itu ada dua jalur pendakian lainya yaitu jalur panten di kecamatan bawang dan jalur kenjuran, Kendal pada jam 20.30, kami pun mulai beristirahat karena kelelahan menghadapi kemacetan dari pagi hari tadi dan di rencanakan akan mulai melakukan pendakian jam 22.00 WIB malam itu juga. Normalnya pendakian prau ini memakan waktu sekitar 3 jam sampai ke area Sunrise Camp yaitu tempat camping para pendaki dengan pemandangan yang luar biasa indahnya. Namun sebelum itu kita harus melewati 3 pos yaitu pos 1 Sikut Dewo, Pos 2 Canggal Walangan dan Pos 3 Cacingan. tentunya dalam perjalanan pulang kami tidak melewati jalur saat naik kemarin, namun kami turun melawati jalur kalilembu.



Sekitar jam 21.30, kami pun mulai berbenah bersiap-siap untuk memulai pendakian malam itu. Kondisi dieng ini sangat dingin apalagi pendakian malam hari selain dingin angina di jalur pendakian juga sangat kencang. Pastikan di persiapkan jaket, hedlamp dan sepatu yang memadai. Pastinya harus mengunakan celana panjang ya guys untuk mengantisipasi goresan pada kaki apalagi ini malam hari dan juga agar kaki tetap hangat. Tepat pada jam 22.00 WIB setelah persiapan selesai dan sedikit pengarahan dari CP ( bagitu sebutnya buat sang coordinator atau kepala regu) dan berdoa, kami pun memulai pendakian malam itu dengan Semagat 45. 



        Eitss, tunggu dulu guys.. perjalanan baru saja di mulai. Tanjakan demi tanjakan kami lewati, angin berhembus kencang malam itu seakan berkolaborasi dengan dinginnya cuaca dieng yang menyentuh kulit kami malam itu. 30 menit pendakian pertama beberapa pendaki mulai merasakan nafas yang yang tersengal-sengal tidak beraturan di tambah angin yang kencang membuat kami sdikit kesulitan bernafas. Sejenak kami berhenti di tengah jalan jalur pendakian, beberapa teman duduk beralasakan tanah bebatuan di jalur itu. Bila kondisi tubuh mulai capek tanpa sadar mulai ada yang meracau seperti ini “ tukeran keril donk, punya gw berat bgt ” . setelah tukeran sama si B. si B bilang “kya nya beratan punya gw deh”. Lalu si A bilang “ masa ? beratan punya gw nih “. Disitu menjadi hiburan tersendiri dan kita harus tetap tersenyum-senyum. Mungkin Saking capeknya uda bingung merasakan mana yang lebih ringan dan berat. Dalam trip seperti sudah menjadi hal yang biasa laki-laki seperti kami ini sering membawakan keril wanita yang sedang kecapean. Bahkan sesama wanita juga membantu dengan saling tuker keril yang memang di rasa berat olehnya. Namun sbenarnya beratnya sama aja bahkan lebih berat lagi ketika di tuker.


        Kecapean di dalam pendakian itu memang sudah lumrah, namun bila tidak bisa mengontrolnya akan mempengaruhi psikologis kita. Biasanya sifat-sifat jelek nya mulai keluar seperti egois atau mau enaknya sendiri tanpa memikirkan yang lain. Dalam pendakian kerjasama tim itu sangat penting namun saling pengertian antar satu sama lain itu juga penting. Jangan sampai kita menjadi beban buat yang lainya walaupun temen-temen yang lain sangat setia pada kita. Maka dari itu diperlukan persiapan fisik yang mencukupi untuk mendaki.

Namun tidak sampai disitu saja keseruanya. yang lucunya lagi bahkan ada yang bilang begini “ bisa pake motor ya sampai disini, tau gitu gw pake motor ” hi hi hi. Itu bagaikan hiburan tersendiri karena tidak sedikit pendaki menanggapinya dengan senyum dan tawa. Tidak sedikit juga dari teman-teman yang saling memberikan semangat “ Ayooo, semangat.. nikmati setiap langkah yang ada”. Bahkan kalian pasti sering dengar dialog kya gini “ berapa lama lagi sampainya ya ? masih jauh ga ? “ terus ada yang jawab gini “ uda deket koq, satu tanjakan lagi sampe “. ( hayoo siapa tuhh. Ha ha)

       Dalam pendakian itu Puncak yang menjadi tujuan hanyalah Bonus, namun proses atau perjalanan menuju ke puncak itu yang sangat menarik dan berharga. banyak hal-hal menarik yang bisa kita amati. mulai dari variasi track yang kita lewati sampai kepada kepribadian teman-teman kita yang mendaki. kalo kata bang Iwan Fals " Tujuan Bukan Utama, Yang Utama Prosesnya". 


          Cerita punya cerita, tepat jam 01.00 dini hari tanggal 18 Desember 2016 kami sampai di Sunrise Camp yaitu lokasi tempat camping para pendaki. Dalam kondisi angin yang kencang malam itu kami mulai mencari lokasi yang pas untuk camping. Dengan segera kami membongkar keril dan peralatan camping yang ada terutama tenda. Suatu tantangan merakit tenda di tengah angin kencang pagi gelap gulita itu. Setelah frame tenda terpasang dengan di pegangi beberapa orang nyaris tenda terbang terbawa angin sebelum sempat di pasangi layer dan pasaknya. Cukup makan waktu lama saat itu namun akhirnya selesai sudah 4 tenda yang berdiri pagi itu. Begegas semua teman-teman masuk ke dalam tenda dan menghangat kan diri dengan teh manis hangat dan kopi. Namun beberapa teman yang kecapean ada yang langsung tertidur pulas, bahkan ada yang masih masak-masak dan makan pada jam 02.00 dini hari itu. 

        Ketika hendak tidur, tiba-tiba seorang teman minta di temenin buang air kecil. Sebenarnya mager banget keluar tenda di malam yang dingin dan berangin itu. Tapi apalah daya aku hanya seorang laki-laki biasa yang datang dengan kuda dan pedang yang tak mungkin menolak permintaan seorang wanita. Kondisi gelap pagi itu cukup sulit menemukan lokasi buang air kecil yang pas buat Tuan Puteri agar aman dan nyaman dari Para Pasukan-pasukan berkuda lain yang bisa datang kapan saja. Tumpukan kayu kering yang rimbun menjadi pilihan terbaiku pagi itu. Silahkan tuan puteri beta akan berjaga di sekitar sini. Takan beta biarkan satu anak panah pun menghampiri tuan puteri. “ eh lu hadap ke sana, headlampnya juga “ kata tuan puteri dengan tegas nya. Saya Cuma jawab “ SIAP”.


Sekembali nya dari situ, kami pun kembali ke tenda, ternyata ada satu tuan puteri lagi di tenda itu yang sedang masuk angin dan minta di oleskan minyak kayu putih sembari ingin menganti bajunya. Sekali lagi saya dan penunggang kuda berkacamata. “ Tolong Mengahadap Ke Belakang Sebentar “ kata tuan puteri. Kami hanya menjawab “ SIAP”. Lelah sekali pagi itu dan setelah dua tuan puteri ini tertidur barulah kami ksatria berkuda bisa tertidur juga.

Pagi pun mulai menjelma, waktu itu saya bangun jam 05.30 WIB dan beberapa teman sudah ada yang duluan bangun di temani seduhan kopi hitam hangat serta cemilan – cemilan lainya. Ada yang lapar, ada yang kenyang, ada yang pengen pipis ada juga yang pengen Buang Air Besar.



Udara yang sangat dingin mulai terasi sediki demi sedikit di dalam tenda. Ketika seorang teman keluar dari tenda beliau langsung bergegas kembali masuk ke dalam dengan gemetaran. Rasa penasaran saya mencari tau apakah sedingin itu di luar sana. Dengan membaca Bismillah saya mulai keluar dari tenda dan itu sangat sangat luar biasa dinginya. Saya pikir jaket saya sudah cukup tebal untuk menangkal dinginnya udara, tenyata jaket ini pun tembus oleh udara dingin menusuk ke kulit dan tulang saya. Hampir sekitar 15 menit saya gemetaran di luar tenda dengan pemandangan kabut putih tebal dan sayup-sayup langit mulai menunjukan warnanya. Namun matahari belum juga terlihat.



Sambil menunggu kabut tebal putih ini sirna, tak lama kemudian tuan puteri membawakan secangkir teh hangat padaku. Satu sampai tiga tegukan teh hangat membuat diriku hangat bagaikan serigala di kutub utara. Seketika gemeteran pun hilang tanpa kusadari walau masih terasa dingin. Perlahan namun pasti kabut di dapan kami pun mulai sirna. Tersingkap sedikit kabut itu dan terlihat oleh ku sebuah gunung besar yang indah. Namun pemandangan ini belum sempurna. Bagaikan puzzle yang masih belum tersusun rapi tiap potonganya.





Ketika waktu sudah menujukan jam 06.13 Wib. Matahari mulai memerlihatkan terangnya menembus kabut putih tebal itu. Pelan-pelan kabut mulai terhembus oleh angina dan matahri menyinari bukit-bukit di depan kami saat itu aku mulai melihat bukit-bukit nan Hijau elok menyegarkan mata. Di belakanganya berdiri dua Gunung Sindoro dan Sumbing dengan gagahnya bagai Ksatria Pemberani. Sungguh sulit di deskripsikan dengan kata-kata.


Setelah kami Berfoto ria mengabadi momen yang luar biasa ini kami pun mulai bersiap-siap membereskan tenda dan peralatan lainya untuk pulang kembali ke basecamp. Namun dalam perjalanan pulang ini kami akan melewati tugu puncak tertinggi gunung prau ini. Dalam perjalanan menuju tugu tersebut kami akan melewati bukit teletubies yang sangat mempesona seperti di film anak-anak di era tahun 90 an. Bagi saya ini lebih terlihat seperti wallpaper pada computer windows 99. Saat ini sejauh mata memandang hanya ada bukit-bukit hijau yang indah tersusun rapi, beratapkan langit biru dan beralaskan rerumputan hijau yang sangat menyegarkan mata.



Sekitar jam 10.00 wib  akhirnya kami tiba di puncak tertinggi gunung prau. Pemandangan yang di suguhi berbeda dengan lokasi sebelumya, bila di sunrise camp kita melihat pemandangan bukit-bukit hijau dan gunung-gunung seperti sindoro dan sumbing. Di puncak ini kita hanya melihat desa pemukiman penduduk dieng yang dikelilingi oleh bukit-bukit hijau yang indah. Petak-petak sawah yang tersusun rapi, mata seakan tidak berkedip melihatnya, begitu takjub akan keasrian bumi dieng ini Masyaallah sungguh luar biasa ciptaan Allah subhanawataala ini.








Akhirnya tepat jam 12.00 siang kami sudah tiba di bawah yaitu di basecamp gunung prau jalur kalilembu. Setelah bersih-bersih dan berbenah barang-barang bawaan kami, sekitar jam 13.30 siang kami di jemput dengan bus yang membawa kami ke dieng dan kembali ke kota metropolitan yang sibuk yaitu Jakarta. Kami kembali ke kehidupan semula dengan kesibukan masing-masing di kelilingi gedung-gedung tanpa alam yang indah nan menawan seperti dieng. Percayalah akan sulit kalian move on dari tempat ini bila sudah merasakanya langsung. Siapkan waktu siapakn buget dan siapkan semangat, nikmati dan cintailah alam ini. akan sangat bijaksana bila kita bisa menjaga dan rawat alam ini agar tetap sehat sebagaimana kita merawat diri kita. Sekian dongeng dari saya, Terimakasih untuk semua para pembaca.

1 comment:

  1. How to gamble online with no deposit bonus 2021 - DRMCD
    Here you will find 속초 출장안마 some 진주 출장안마 information 김천 출장마사지 about gambling bonus sites that 밀양 출장샵 offer bonus codes that give you real money. You can also access these 군산 출장샵

    ReplyDelete

Pantai Timur Pangandaran

Pantai Timur Pangandaran
Snorklling

Capoeira Brasil Indonesia

Capoeira Brasil Indonesia

Gabung Aja Di Kiri

Gabung Aja Di Kiri

Roda

Roda

Maculele Performance

Maculele Performance