Pasca Saajana Universitas Mercubuana 2015 |
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan
dari pemasaran adalah untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan
target pelanggan. Bidang perilaku konsumen mempelajari bagaimana individu,
kelompok dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan membuang barang,
jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.
Memahami perilaku konsumen tidak pernah sederhana, karena perilaku pelanggan berubah. Mereka mungkin tidak berhubungan dengan motivasi mereka lebih dalam, dan mereka mungkin merespon dan terpengaruh dan mengubah pikiran mereka pada menit terakhir. Semua pemasar bisa mendapatkan keuntungan dari pemahaman bagaimana dan mengapa konsumen membeli. Jika Anda tidak mengerti motivasi pelanggan Anda, kebutuhan, dan preferensi Anda akan jatuh ke dalam beberapa kesalahan besar. Keinginan untuk memprediksi perilaku konsumen hasilnya dianggap sebagai masalah yang sangat penting bagi pemasar. Mengisolasi psikologi individu dibangun seperti antara lain sikap, motif, kepribadian dan gaya belajar dan telah digunakan untuk mengidentifikasi prediksi kapasitas mereka untuk perilaku konsumen dari berbagai tingkat kesuksesan. yang sebenarnya dengan berbagai tingkat sukses. Dalam penelitian ini, kekuatan yang memotivasi perilaku pelanggan dibahas dengan teoritis.
I.I Latar
Belakang
Kebutuhan manusia –
kebutuhan konsumen – merupakan dasar bagi
semua pemasaran modern. Kebutuhan merupakan
intisari dari konsep pemasaran. Kunci
bagi kelangsungan hidup perusahaan, kemampuan untuk memperoleh laba, dan bertumbuh dalam lingkungan pemasaran yang
sangat kompetitif adalah kemampuan untuk mengenali dan memuaskan kebutuhan
konsumen yang belum terpenuhi secara lebih baik dan lebih awal daripada
pesaingnya. Pada era globalisasi seperti sekarang ini serta seiring
perkembangan zaman dan perkembangan teknologi yang semakin pesat sangat
mempengaruhi minat para konsumen untuk membeli produk yang beredar di pasaran
oleh karena itu para produsen saling
berlomba untuk meningkatkan mutu dan daya jual prodak mereka masing-masing.
Sikap dan motivasi para konsumen untuk membeli sangat di perhatikan sekali oleh
para produsen. Upaya untuk memuaskan pelanggan sangatlah penting, upaya ini
memanglah tidak mudah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mempertahankan pelanggan
lebih sulit. Pemahaman terhadap kebutuhan, keinginan dan perilaku konsumen juga
sangat penting agar perusahaan dapat menyusun strategi dan program yang sangat tepat dalam rangka
memuaskan pelanggannya, sehingga
perusahaan dapat memanfaatkan peluang yang ada dan mengungguli para pesaingnya dengan menampilkan produk yang
terbaik.
Hal
inilah yang kemudian membuat para produsen semakin kreatif untuk mengetahui
motivasi apa saja yang memengaruhi para konsumen ketika memutuskan untuk
membeli suatu produk. Mereka semakin kreatif membuat produk yang cukup menarik perhatian para
konsumen.
1.2 Permasalahan
Dalam
hal motivasi konsumen dimana konsumen dalam memutuskan melakukan pembelian,
permasalahan yang ada adalah mengidentifikasi motivasi untuk rekreasi dari
turis dan teori apa yang dapat relevan terkait dengan motivasi yang dilakukan
turis dalam memutuskan untuk melakukan wisata atau rekreasi.
1.3 Tujuan
Adapun
tujuan dari mngetahui motivasi konsumen dalam perilaku pembelian adalah
mengidentifikasi motivasi konsumen untuk berwisata dan pendekatan yang
digunakan (literatur) dan membandingkan teori-teori yang relevan dari motivasi
konsumen untuk berwisata atau rekreasi.
BAB II
PEMBAHASAN
Itu selama tahun 1950-an, konsep pemasaran berkembang,
dan dengan demikian kebutuhan untuk mempelajari perilaku konsumen diakui.
Pemasaran dimulai dengan apa yang dibutuhkan pelanggan dan berakhir dengan
kepuasan nya. Ketika
semuanya seputar pelanggan, maka studi perilaku konsumen menjadi suatu
keharusan. Sejak konsumen adalah manusia, sebelum kita mulai memahami perilaku
konsumen, kita harus menentukan perilaku manusia. Kebutuhan manusia - kebutuhan
konsumen – adalah dasar dari semua pemasaran modern. Kebutuhan adalah esensi
dari konsep pemasaran. Kunci untuk perusahaan agar survive dalam kelangsungan
hidup, profitabilitas & pertumbuhan yang sangat kompetitif pasar adalah
kemampuannya untuk mengidentifikasi & memuaskan , memenuhui kebutuhan
konsumen yang lebih baik & lebih cepat dari kompetisi.
Kekuatan
yang mendorong manusia untuk membeli dan menggunakan produk umumnya langsung,
seperti ketika seseorang memilih apa yang telah diputuskan untuk makan siang.
Sebagai vegan hard-core menunjukkan, bagaimanapun, bahkan konsumsi dasar produk
makanan juga dapat berhubungan dengan luas dengan keyakinan tentang apa yang
tepat atau diinginkan. Di
antara populasi yang lebih umum ada keyakinan yang kuat tentang makanan yang
dimodifikasi secara genetik, yang memiliki terbukti sulit untuk mengubah
melalui informasi kampanye. Di beberapa kasus, respon emosional yang mendalam
membuat komitmen untuk produk. Kadang-kadang orang tidak bahkan sepenuhnya
menyadari kekuatan yang mendorong mereka menuju beberapa produk dan jauh dari orang
lain. Seringkali seseorang menilai - nya prioritas dan keyakinan tentang dunia
- mempengaruhi pilihan ini.
Untuk
memahami motivasi adalah untuk mengerti mengapa konsumen melakukan apa yang
mereka lakukan. Mengapa beberapa orang memilih untuk bungee melompat dari
jembatan atau pergi arung arung jeram, sedangkan yang lain menghabiskan waktu
luang mereka bermain catur atau berkebun? Apakah untuk memuaskan membunuh haus kebosanan,
atau untuk mencapai beberapa pengalaman spiritual yang mendalam, kita melakukan
segala sesuatu karena suatu alasan, bahkan jika kita tidak bisa mengartikulasikan
alasannya (Solomon et al, 2006). Dalam beberapa tahun belakangan, di semakin
banyak bidang, baik dasar dan diterapkan, telah terjadi banyak kepentingan yang
mempengaruhi pemikiran, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan. Perilaku
konsumen, seperti usaha manusia, adalah salah mengarahkan pada tujuan (Haugtved
et al, 2008).
2.1 Pengertian Motivasi
Motivasi dalam Bahasa Inggris disebut
motivation yang berasal dari Bahasa Latin Movere
yang berarti dorongan atau menggerakkan (Setiadi, 2010). Menurut Dirgahunarso
Singgih, motivasi atau upaya untuk memenuhi kebutuhan pada seseorang dapat
dipakai sebagai alat untuk menggairahkan seseorang untuk giat melakukan
kewajibannya tanpa harus diperintah atau diawasi (dalam Zulher, 2012: 76).
Stephen P. Robbins (2003: 156)
menyatakan bahwa motivasi sebagai proses yang menyebabkan intensitas (intensity), arah (direction), dan usaha terus menerus (persistence) individu menuju pencapaian tujuan. Menurut
American Encyclopedia, motivasi adalah kecenderungan (suatu sifat yang
merupakan pokok pertentangan) dalam diri seseorang yang membangkitkan topangan
dan tindakan. Motivasi meliputi faktor kebutuhan biologi dan emosional yang
hanya dapat diduga dari pengamatan tingkah laku manusia (dalam Setiadi, 2010).
Jadi,
secara keseluruhan motivasi dapat diartikan sebagai pemberdaya, penggerak yang menciptakan kegairahan
seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi
dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan (Setiadi, 2010). Perilaku
yang termotivasi diprakarsai pengaktifan kebutuhan atau pengenalan kebutuhan.
Kebutuhan atau motif diartikan ketika ada ketidakcocokan yang memadai antara
keadaan aktual dengan keadaan yang diinginkan. Karena ketidakcocokan ini
meningkat, hasilnya adalah pengaktifan suatu kondisi penggairahan yang diacu sebagai dorongan (drive). Semakin kuat dorongan tersebut,
maka semakin besar pula urgensi respon yang dirasakan.
Menurut
Setiadi (2010), konsumen selalu dihadapkan pada persoalan biaya atau
pengorbanan yang akan dikeluarkan dan seberapa penting produk yang dibutuhkan
dan diinginkan. Oleh karena itu, konsumen akan dihadapkan pada persoalan motivasi atau pendorong. Motivasi
konsumen adalah keadaan di dalam pribadi
seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan guna
mencapai suatu tujuan.
Menurut
Nugroho J.Setiadi (2010), motivasi kosumen bertujuan:
a.
Meningkatkan kepuasan.
b.
Mempertahankan loyalitas.
c.
Efisiensi.
d.
Efektivitas.
e.
Menciptakan suatu hubungan yang harmonis antara produsen atau penjual dan
pembeli atau konsumen.
Motivasi konsumen yang dilakukan
oleh produsen sangat erat sekali berhubungan
dengan kepuasan konsumen (consumer
statisfaction) untuk itu perusahaan
selalu berusaha untuk membangun kepuasan konsumen (consumer statisfaction
development) dengan berbagai cara, diantaranya:
1.
Mengetahui nilai yang didapat oleh konsumen.
2.
Meningkatkan penawaran dengan tiga cara:
a. Meningkatkan tata nilai konsumen (
perbaian manfaat dan pelayanan)
b. Menurunkan biaya nonmoneter ( tenaga
kerja dan waktu)
c. Menurunkan biaya moneter (bahan baku,
produksi dan pengiriman)
3.
Meningkatkan harapan dan memenuhi harapan konsumen.
2.1.1. Asas-asas Motivasi Konsumen
Motivasi mengandung beberapa
asas-asas, diantaranya adalah:
a.
Asas Mengikutseratakan, berusaha untuk memberikan kesempatan kepada konsumen untuk
mengajukan ide-ide, rekomendasi dalam proses
pengambilan keputusan.
b.
Asas Komunikasi, maksudnya menginformasikan secara jelas tentang tujua yang
ingin dicapai cara mengerjakannya, dan kendala yang dihadapi.
c.
Asas Pengakuan, maksudnya memberikan penghargaan dan pengakuan yang tepat serta
wajar kepada konsumen atas prestasi yang dicapinya.
d.
Asas Wewenang yang Didelegasikan, maksudnya adalah memberikan kebebasan kepada
konsumen untuk mengambil keputusan dan
berkreativitas sebebas-bebasnya tapi masih ada aturan yang membatasi.
e. Asas Perhatian Timbal Balik, adalah
memotivasi para konsumen dengan mengemukakan keinginan atau harapan perusahaan
disamping berusaha memenuhi kebutuhan
yang diharapkan konsumen dari produsen.
Jadi
kesimpulannya bahwa asas motivasi yang diterapkan harus dapat meningkatkan
produktivitas pembelian dan memberikan kepuasan kepada konsumen.
2.1.2 Proses
Motivasi
Motivasi mengacu pada proses yang menyebabkan orang berperilaku seperti yang mereka lakukan. Dari psikologis motivasi perspektif terjadi ketika kebutuhan terangsang bahwa konsumen ingin memuaskan. Motif mendorong pembelian dan semua perilaku manusia lainnya (kecuali refleks) (McNeal, 2007). Hasil motivasi akan muncul dengan meyakinkan konsumen untuk membeli perusahaan produk dari pengecer tertentu.
Setelah kebutuhan memiliki diaktifkan, keadaan dalam kondisi ketegangan ada yang menggerakkan konsumen untuk mencoba untuk mengurangi atau menghilangkan kebutuhan. Sebuah bagian utama dari komponen motivasi adalah Struktur tujuan individu. Tujuan individu maka, memberikan motivasi untuk mencari dan membeli produk yang akan memenuhi kebutuhan konsumen. Di lain kata, tujuan pembelian adalah untuk memenuhi kebutuhan, dan kepuasan kebutuhan yang menyediakan motivasi balik aktivitas belanja konsumen. Ini faktor personal dan budaya bergabung untuk menciptakan keinginan, yang merupakan salah satu manifestasi dari kebutuhan. Sebagai contoh, lapar merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh semua; pada saat kekurangan makanan menciptakan keadaan ketegangan yang dapat dikurangi oleh asupan produk seperti paella, pizza, spaghetti, biskuit cokelat, ikan mentah atau tauge.
Rute spesifik untuk mendorong pengurangan secara budaya dan ditentukan secara individual. Setelah tujuan tercapai, ketegangan berkurang dan motivasi surut (untuk saat ini). Motivasi dapat dijelaskan dalam hal kekuatan, atau daya tarik itu diberikan pada konsumen, atau cara tertentu konsumen mencoba untuk mengurangi ketegangan motivasi (Bettman, 1979).
Kategori kebutuhan
berdasarkan manfaat yang diharapkan konsumen:
- Kebutuhan Utilitarian:
Produk yang dibeli memberikan manfaat praktis atau fungsional. Contoh
dalam telefon seluler, daya tahan baterai telefon, jangkauan jaringan.
·
Kebutuhan Hedonic/ ekspresif: Produk
yang dibeli memenuhi kebutuhan psikologis seperti rasa puas,emosional atau
fantasi, memelihara konsep-Diri konsumen dan memenuhi kebutuhan sosial,
ego/gengsi, atau estetika. Contoh dalam telefon seluler, seperti warna yang
bervariasi dan estetika bentuk telepon seluler.
2.1.3 Motivasi dan Kebutuhan Manusia (Konsumen)
Manusia
pada dasarnya mempuyai banyak kebutuhan. Kebutuhan sendiri adalah suatu
pembatas antara apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi sebenarnya.
Kebutuhan muncul karena konsumen merasakan ketidaknyamanan (state of tension) antara yang seharusnya
dirasakan dan yang sesungguhnya dirasakan. Adapun faktor-faktor yang mendorong
munculnya kebutuhan tersebut, yaitu:
a. Faktor Dalam (biologis & fisiologis):
seperti rasa lapar dan haus.
b. Faktor Luar (lingkungan): seperti aroma
makanan.
Teori
Freud mengasumsikan bahwa kekuatan psikologis yang membentuk perilaku seseorang
sebagian besar adalah ketidaksadaran, dan bahwa seseorang tidak dapat memahami
secara penuh motivasinya sendiri. Ketika seseorang mengamati merek tertentu, ia
tidak hanya bereaksi terhadap kemampuan yang dinyatakan produk tersebut, tetapi
juga terhadap tanda lain yang kurang disadari seperti bentuk, ukuran, berat,
bahan, warna, dan nama merek. Satu teknik yang disebut teknik tangga (laddering) memungkinkan kita melacak
motivasi sesorang dari motivasi instrumental yang dinyatakan sampai motivasi
yang lebih terminal.
Abraham Maslow mengeluarkan teori motivasinya
yang terkenal yaitu Maslow’s Hierarchy of
Needs. Dalam teori tersebut, Maslow memberikan lima motivasi utama
seseorang melakukan sesuatu, dalam bentuk hirarki. Hirarki kebutuhan mengikuti
teori jamak yakni seseorang berperilaku, karena adanya dorongan untuk memenuhi
bermacam-macam kebutuhan. Kelima motivasi tersebut adalah:
1.
Physiological Needs, meliputi
kebutuhan jasmani, seperti lapar, haus, kebutuhan tempat tinggal dan kebutuhan
istirahat.
2.
Safety Needs, misalnya keamanan dan
proteksi.
3.
Social Needs, seperti dihormati,
berteman dan rasa memiliki.
4.
Esteem Needs, adalah kepuasan
pribadi, pengakuan dan status.
5.
Self-Actualization Needs, yaitu
pengembangan pribadi dan realisasi.
Maslow Theory of
needs
a. Perusahaan
mengetahui bahwa konsumen berperilaku adalah untuk dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya, materiil maupun nonmaterial yang akan memberikan
kepuasan kepadanya.
b. Kebutuhan
konsumen berjenjang sesuai dengan kedudukan atau status social ekonominya.
c. Perusahaan
akan lebih mudah untuk memberikan alat motivasi yang paling sesuai untuk merangsang para
konsumennya.
Selain
itu, teori ini juga memiliki kelemahan, diantaranya:
a. Kebutuhan
manusia menurut teori ini adalah hierarkis atau berjenjang, tetapi dalam
kenyataannya konsumen menginginkan tercapai sekaligus dan kebutuhan manusia itu
merupakan siklus. Seperti lapar – makan - lapar lagi – makan lagi dan
seterusnya.
b. Walaupun
teori ini popular, tetapi belum pernah dicoba kebenarannya karena Maslow
mengembangkannya hanya atas dasar pengamatannya saja. Jadi belum pernah diuji
kebenarannya.
Selanjutnya Herzberg mengembangkan
teori kepuasan yang disebut teori dua faktor motivasi. Dua faktor itu dinamakan
faktor yang membuat orang merasa tidak puas dan factor yang membuat orang puas (Setiadi,
2010). Kelebihan dari teori ini adalah:
a. Teori ini
dikemukakan atas dasar penelitiannya.
b. Dapat mengetahui apa yang harus dihindari dan apa
yag harus dilakukan agar konsumen merasa puas terhadap suatu produk.
Teori motivasi Herzberg juga memiliki kekurangan,
diantaranya:
a. Teori ini
terlalu menyederhanakan sifat kepuasan konsumen.
b. Teori ini orisinilnya didasarkan atas percontohan
sejumlah akuntan dan insinyur. Yang kemudian menimbulkan pertanyaan apakah
teori ini berlaku umum bagi keahlian
lain?
Selain Maslow dan Herzberg, David McClelland juga
mengembangkan suatu teori motivasi yang disebut sebagai McClelland’s Theory of
Learned Needs. Teori ini menyatakan bahwa ada tiga kebutuhan dasar yang
memotivasi seorang individu untuk berperilaku, yaitu: kebutuhan untuk sukses,
kebutuhan untuk afiliasi, dan kebutuhan kekuasaan.
1. Kebutuhan Sukses, adalah keinginan manusia untuk
mencapai prestasi, reputasi, dan karier yang baik. Seseorang yang memiliki
kebutuhan sukses, akan bekerja keras, tekun, dan tabah untuk mencapai cita-cita
yang diinginkannya. Kebutuhan sukses memiliki kesamaan dengan kebutuhan ego dan
kebutuhan aktualisasi diri dari kebutuhan aktualisasi diri dari Teori Maslow.
2. Kebutuhan Afiliasi, adalah keinginan manusia untuk
membina hubungan dengan sesamanya, mencari teman yang bisa menerimanya, ingin
dimiliki oleh orang-orang sekelilingnya, dan ingin memiliki orang-orang yang
bisa menerimanya. Seseorang yang memiliki kebutuhan afiliasi akan terlibat
aktif dalam berbagai kegiatan sosial maupun kegiatan yang melibatkan banyak orang. Ia akan memilih produk dan jasa
yang disenangi atau disetujui oleh teman dan kerabat dekatnya. Kebutuhan
afiliasi akan memiliki kesamaan dengan kebutuhan sosial dari teori Maslow.
3. Kebutuhan Kekuasaan, adalah keinginan seseorang
untuk bisa mengontrol lingkungannya, termasuk mempengaruhi orang-orang
disekitarnya. Tujuannya adalah agar ia bisa mempengaruhi, mengarahkan, dan
mengatur orang lain. Kebutuhan sukses memiliki kesamaan dengan kebutuhan
aktualisasi diri dari Teori Maslow.
2.2 Hubungan Motivasi Konsumen dengan Keputusan
Pembelian
Motivasi
adalah suatu dorongan kebutuhan dan keinginan individu yang diarahkan pada
tujuan untuk memperoleh kepuasan. Motivasi yang ada pada seseorang (konsumen)
akan mewujudkan suatu tingkah laku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran
kepuasan. Jadi motivasi bukanlah sesuatu yang dapat diamati, tetapi adalah hal
yang dapat disimpulkan. Tiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang itu
didorong oleh sesuatu kekuatan dalam diri orang tersebut, kekuatan pendorong
inilah yang kita sebut motivasi. Dalam motivasi pembelian terbagi menjadi
motivasi rasional dan emosional.
a.
Motivasi rasional adalah pembelian yang didasarkan kepada kenyataan yang
ditunjukkan oleh produk kepada konsumen dan merupakan atribut produk yang
fungsional serta obyektif keadaannya misalnya kualitas produk, harga produk,
ketersediaan barang, efisiensi kegunaan barang tersebut dapat diterima.
b.
Motivasi emosional dalam pembelian berkaitan dengan perasaan, kesenangan yang
dapat ditangkap oleh pancaindera misalnya dengan memiliki suatu barang tertentu
dapat meningkatkan status sosial, peranan merek menjadikan pembeli menunjukkan
status ekonominya dan pada umumnya bersifat subyektif dan simbolik. Pada saat
seseorang akan mengambil keputusan untuk membeli suatu produk tentunya akan
dipengaruhi oleh kedua jenis motivasi tersebut yaitu motivasi rasional dan
emosional (Schiffman, 2007).
2.3 Proses Keputusan Pembelian
Dalam tahap
evaluasi, para konsumen membentuk preferensi atas merek-merek yang ada di dalam
kumpulan pilihan. Konsumen tersebut juga dapat membentuk niat untuk membeli
merek yang disukai. Namun dua faktor berikut dapat berada di antara niat pembelian
dan keputusan pembelian.
Faktor pertama adalah sikap orang lain. Sejauh mana
sikap orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan bergantung
pada dua hal:
(1) intensitas sikap negatif orang lain terhadap
alternatif yang disukai konsumen dan,
(2) motivasi konsumen untuk menuruti orang lain.
Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak terantisipasi
yang dapat memuncul dan mengubah niat pembelian.
Adapun struktur keputusan pembelian dimana setiap
keputusan dalam membeli mempunyai komponen-komponennya sebanyak tujuh komponen,
antara lain (Sunyoto, Drs, 2012);
1. Keputusan tentang jenis produk
2. Keputusan tentang jenis produk
3. Keputusan tetntang merek
4. Keputusan tentang penjualnya
5. Keputusan tentang jumlah produk
6. Keputusan tentang waktu pembelian
7. Keputusan tentang cara pembayaran
2.3.1 Tahap-Tahap dalam Proses
Pembelian
Dalam
melakukan pembelian dari sebelum membeli sampai setelah melakukan pembelian,
proses pembelian konsumen melewati tahap-tahap membeli, yang
dikonseptualisasikan dalam model lima tahap proses membeli. Antara lain;
1. Pengenalan masalah
2. Pencarian Informasi
3. Penilaian alternatif
4. Keputusan Membeli
5. Perilaku setelah membeli
Model tersebut dapat dilihat dibawah ini;
PengenalanMasalah
|
Pencarian
Informasi
|
Penilaian
Alternatif
|
Keputusan
Membeli
|
Perilaku
Setelah membeli
|
Sumber : Radiosunu, 1990
BAB III
STUDI KASUS
Dari semua teori yang dibahas pada Bab sebelumnya tentang motivasi dan keputusan konsumen untuk memutuskan melakukan pembelian, maka setiap konsumen dapat melakukan beberapa motivasi dalam melakukan sebuah keputusan membeli terhadap suatu produk atau jasa. Dimana saat ini sikap yang dilakukan oleh seorang konsumen dalam melakukan keputusan membeli seringkali mengalami perubahan, dari mulai sikap sosial dan sikap individu yang mendasari dari keputusan tersebut. Dengan begitu maka seorang pemasar dituntut mampu untuk mengikuti apa sebetulnya keinginan di pasar dan apa yang sebetulnya diharapkan oleh konsumen.
- Motivasi konsumen untuk berwisata
- (Cohen 1974); klarifikasi siapa turis, dan penyantuman konsep motivasi berdasar pada topologi peranan lain dari turis
- (Cohen 1979); Mendeskripsikan kepariwisataan adalah berputar pada “Skala Motivasi” dari lingkungan orang-orang beragama.
- (Crompton 1979); mengidentifikasi 9 motivasi perjalanan bersenang-senang ; 7 yang mana adalah klasifikasi dan yang bersifat empiris. “Psikologi Sosial” dan kedua “Budaya” (sesuatu yang baru dan pendidikan)
- (Dann 1981); Literatur penilaian motivasi turis dan metode penelitian. Konsep / pandangan mencakup faktor yang mendorong dan menarik motivasi turis.
- (Iso-Ahola 1982) ; Menggabungkan teori Dann (1981) survey dan literatur motivasi turis, konsep mencakup model psikologi sosial dari motivasi turis.
- (Witt dan Wright 1992) ; Pandangan teori dari motivasi dan aplikasinya. Konsep/ pandangan teori harapan dan motivasi untuk menjelaskan motivasi turis.
Seiring dengan perkembangan waktu dan perjalanan dalam kurun waktu 20 tahun terakhir maka isu utama motivasi konsumen untuk berwisata semakin berubah dan mengikuti tuntutan tentang kebutuhan dari konsumen tersebut.
- Pearce & Caltabiano 1983) ; Kebutuhan Dasar, Pendapat motivasi wisata dari pengalaman turis sebetulnya yang mana kode empiris dari klasifikasi motivasi berdasar dari analisis Kebutuhan “Maslow”. Hasil mengindikasikan pengalaman positif dan negatif menyoroti perbedaan struktur kebutuhan.
- Madrigal 1995) ; Nilai Dasar; Nilai individu, tipe kepribadian individu dan golongan gaya berwisata. Empiris dari LOV dan PLOG tipe personality
- (Skidmore & pyszka 1987) Segmentasi wisata / bersenang-senang dari US International, Empiris ; VALS
- (Pearce & Caltabiano 1983) ; Kombinasi Hirarki kebutuhan Maslow dan manfaat secara Empiris
- (Driver, Brown & Peterson 1991) ; Mengidentifikasikan lima kategori dari manfaat pengalaman dalam konsep pengamatan bersenang-senang/waktu luang, psikologi, sosiologi , ekonomi dan lingkungan.
- (Frochot dan Morrison 2000); Pandangan dari manfaat segmentasi kepada identifikasi penelitian turis konsep/ pandangan 4 tipe aplikasi; pemasaran tujuan berwisata, target pasar spesific, atraksi/event/fasilitas, mengambil keputusan berwisata, karakteristik umum, tantangan dan isu, kelebihan dan kekurangan.
- Teori Harapan mendasar, menggunakan teori dari model pilihan berlibur dan konsep (Witt & Wright 1992) Pilihan.
BAB IV
KESIMPULAN
Dari analisa dan pembahasan yang penulis lakukan pada bab-bab sebelumnya, dapat diambil suatu kesimpulan, yaitu:
1. Motivasi adalah pemberdaya, penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan
2. Motivasi konsumen adalah keadaan di dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan guna mencapai suatu tujuan.
3. Tujuan motivasi konsumen diantaranya adalah: untuk meningkatkan kepuasan, mempertahankan loyalitas, efisiensi, efektivitas dan menciptakan hubungan yang harmonis antara produsen dan konsumen.
4. Motivasi konsumen mengandung beberapa asas, diantaranya: asas mengikutsertakan, asas komunikasi, asas pengakuan, asas wewenang yang didelegasikan dan asas perhatian timbal balik.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.academia.edu/8907486/Makalah_Motivasi_Konsumen,
Amelia Reza, 2015
http://www.academia.edu/6482287/Prilaku_Konsumen_Dasar,
Aan Munadi, M.M , 2014
No comments:
Post a Comment