CAPOEIRA, TRAVELLING, STUDY AND LOVE

My LIfe My Adventure

Thursday, February 7, 2013

DIPLOMASI SEORANG BAPAK BANGSA


   

Ketika berbicara mengenai sutan sjahrir tentang peranya dalam kemerdekaan republic ini,banyak yang mengannggapnya sebagai sosok dgn peranan kecil dan bahkan menyesalkan keputusan sukarno yang lebih memilih mengikuti Sjahrir ketimbang Tan Malaka. indonesia pasca proklamasi adalah sebuah paradoks. Angan-angan kesejahteraan dan kemakmuran bertiup kencang sementara kekerasan semakin merajalela. Berabad-abad feodalisme ditambah lagi tiga setengah abad dibawah jajahan belanda dan tiga setengah tahun dibawah pendudukan jepang telah menjadikan manusia seorang  yang melihat kekuasaan sebagai suatu yang absolut dan konkrit.

 Tidak ada keabstrakan dalam kekuasaan. Tidak ada keabstrakan dalam kekuasaan. tidak ada nilai. Tidak ada manusia. Yang ada hanyalah kekuasaan. manusia-manusia berkonsep mutlak itulah yang merajai politik republik. Dibalik derasnya jargon-jargon kemerdekaan,kemanuasiaan dan kebersamaan, feodalisme dan fasisme yang sudah tertanam ratusan tahun lamanya belum lg luntur. Itulah kegalauan sjahrir, bahwa republic muda yang dipimpinnya menyimpan bom waktu yang harus segera dijinakan. Ia terjepit diantara dua raksasa, kolonialisme asing dan fasisme-feodalisme local yang bertarung berebut kekuasaan. Sjahrir mengerti benar harga yang harus dibayarnya.

   Namun, Sjarir juga paham bahwa perang dunia II yang telah melahirkan sebuah tatanan global yang berbeda, dimana Negara-negara bekas koloni eropa mendapatkan kesempatan untuk berdaulat, cerminan dari persaingan antara amerika serikat dan uni soviet yang mulai menampakan dirinya. PD II harganya sangat mahal bagi eropa,dan tidak ada pilihan lain bagi mereka selain melepaskan koloni-koloni mereka ke permainan pengaruh antara AS dan Uni Soviet. Rekonstruksi eropa barat bersandar penuh pada bantuan dari AS melalui Marshall Plan dan tidak terkecuali belanda. Dibentuknya sebuah dewan Dunia bernaman Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) sebgai institusi untuk mencegah terjadinya Perang juga membawa dampak positif bagi posisi tawar Negara-negara bekas koloni eropa di politik global tidak terkecuali Indonesia.

   Perang antara Republik dan Belanda jelas-jelas akan memakan Korban dan tidak akan selesai dalam waktuyang singkat. Keunggulan jumlah pasukan yang dimiliki oleh republik akan serta merta diimbangi oleh persenjataan mutakhir Belanda. Sjahrir mengahadapi semuanya dengan dingin, perhitungannya matang. Perang gerilya meskipun menyulitkan belanda tidak akan pernah bias mengahsilkan kemenangan yang telak. Belum lagi harga yangharus dibayar rakyat Indonesia untuk menopang sebuah perang Gerilya menurut Sjahrir terlalu mahal, baik dari segi materi maupun mental. Rakyatlah yang harus menopang kehidupan para gerilyawan Republik, dan rakyat juga harus menanggung balasan dari belanda. Sjahrir juga khawatir bahwa grilya berkepanjangan hanya akan semakin meningkatkan peranmiliter secara berlebihan, sehingga jika perang pada akhirnya selesai Indonesia justru akan terjebak dengan sebuah generasi Fasis yang memuja kekersan. Pada akhirnya Sjahrir melihat perang hanyalah berguna sebagai alat membeli waktu dan memperbaiki posisi tawar, bukan untuk menang. Belanda hanya bias dikalahkan dengan permainan politik global yang cerdas. Senjata utama republic itu adalah tatanan global baru yang dilahirkan atas nama Kebebasan dan Keadilan. Belanda akan dikalahkan bukan oleh Indonesia, melainkan oleh Dunia internasional.

  Untuk itulah sjahrir mengalah dalam perundingan Linggarjati,sebuah keputusan yang dikecam banyak orang bahkan sampai menyebabkan penculikan atas dirinya. ia tahu bahwa Belanda tidak akan serta merta melepas  Indonesia begitu saja, Belanda Pasti akan curang, butir paling penting dalam perjanjian linggarjati bagi sjahrir adalah pengakuan De Facto Belanda atas kedaulatan indonesia, dan bukan masalah wilayah yang diakui. itulah butir yang akan menjadi senjata utama Indonesia menghadapi belanda di mata Sjahrir. berbekal penjanjian, Sjahrir pun menjadi orang indonesia pertama yang berpidato di PBB ketika Belanda melancarkan aksi militer pada 1947. 
       

       Akhir pidato Sjahrir yang memukau, aksi militer belanda dikecam Dunia Internasional sebgai aksi sepihak yang tidak bisa diterima karena Belanda melanggar kesepakatan yang suda dibuat. Akibatnya Belanda pun harus menghentikan aksinya dan nama ' INDONESIA" untuk pertama kalinya digunakan oleh dunia internasional sebagai ganti '' HINDIA BELANDA". isu Indonesia pun berubah menjadi Internasional. Atas nama kebebasan dan keadilan, dukungan internasional mengalir dengan dersanya untuk sebuah Republik Indonesia yang berdaulat penuh. konsekuensinya, Belanda pun secara bertahap makin kehilangan momentum untuk kembali menduduki kembali indonesia. Bahkan ketika pada akhirnya Belanda yang putus asa malah nekad melancarkan Aksi militer kedua pada 1848, Dunia internasional secara terbuka mendukung Indonesia dan memaksa Belanda pun mengakui kedaulatan indonesia secara penuh pada tahun 1949 di Den Haag. Perang kemerdekaan telah dimenangkan oleh sang republik muda. itulah kemenangan Sjahrir. ia memenangkan sebuah perang yang sulit dalam waktu empat tahun berbekal kecerdasan berdiplomasi.

Namun sulit bagi kebanyakan orang indonesai untuk bisa menghargai kemenangan diplomasi Sjahrir. hanya sedikit dari mereka dan juga rekan-rekan Sjahrir yang paham betul mengenai politik dan kekuasaan karena mereka hnya melihat kekuasaan dari segi absolut dan konkritnya saja. Sjahrir bukanlah makhluk politik yang emosional seperti mereka, perhitunganya dingin namun tulus. keputusan Sjahrir untuk mendapatkan pengakuan Belanda dengan harga pengakuan wilayah sebatas jawa, sumatera dan madura dianggap sbagai sebuah tindakan pengecut dan tunduk pada belanda. padahal Sjahrir Paham betul bahwa belanda pada akhirnya hanya akan tunduk pada AS dan Dunia Internasional, dan untuk bisa mendapatkan dukungan mereka indonesia harus terlebih dahulu mendapatkan pengakuan dari belanda. Sjahrir berpacu dengan waktu. ia tahu bahwa belanda pasti akan melancarkan aksi militer untuk menduduki kembali indonesia karena hanya itulah opsi yang tersedia bagi ambisi kolonial mereka. 

    Kesediaan belanda berunding merupakan taktik membeli waktu sembari menyusun kekuatan dan lebih penting lagi adalah upaya belanda merebut hati AS dan Inggris. indonesia harus segera mendapatkan pengakuan dari belanda meskipun hanya secuil sebelum belanda melancarkan serangan militer. memaksakan sebuah pengakuan penuh dari belanda tidak akan membuahkan hasil dan Sjahrir tidak mau mengejar sebuah target yang tidak realistis. ia ingin memenangkan perang dengan serendah mungkin dan dalam waktu secepat mungkin, tidak ada tempat bagi romantisme perang dalam perhitungan Sjahrir.


      Kemenangan atas belanda bukanlah akhir dari segalanya. Sjahrir masih harus berjuang demi republik yang dicintainya. perjuagan Sjharir untuk meletakan landasan nilai-nilai kerakyatan dan kemanusiaan dalam struktur poltik indonesia adalah perang yang jauh lebih sulit untuk dimenangkan. perbedaan pengertian tentang kemenangan, politik dan kekuasaan akhirnya membuat Sjahrir kehilangan dukungan. Rakyat Indoensia masi merupakan masyarakat Feodal yang dikuasai oleh Elite Politik yang Fasis. Politik indonesia masih sangat Emosional, primodial, pimpinan militer disominasi oleh para perwira bekas PETA yang Fasis, dan hanya diimbangi oleh segelintir perwira bekas KNIL yang feodal. Pimpinan sipil nasional pun masi terjebak pada ideologi mereka masing-masing mereka adalah para fanatik yang tidak mampu melihat kedalam konteks yang lebih besar. mereka bukanlah negarawnan. konsep demokrasi yang berbasiskan pada kerakyatan dan kemanusiaan usungan Sjahrir habis diterjang oleh semangat nasionalisyang cenderung fasis dan mengutamakan kekerasan. Ide-ide Sjahrir terlalu ditentang oleh kebanyakan orang dan ia pun kehilangan dukungan dari para pendukungnya yang tidak sabar. 


    Kekhawatirannya bahwa harapan rakyat yang terlampau tinggi akan kemakmuran setelah merdeka bisa berubah menjadi kekecewaan yang mendalam perlahan tapi pasti mulai menjadi kenyataan. kepemimpinan nasional yang tadinya luhur dalam niat dan cita-cita telah terjebak dalam nasionalisme sempit. rakyat dan cita-cita kemerdekaan pun serta merta terabaikan di tengah kekerasan. Sjahrir pun akhirnya kalah perang melawan keganasan bangsanya sendiri, republik yang dicintainya pun jatuh ke tangan nafsu kekuasaan dan patriotisme semu.


- WIRA HALIM
Liputan Buletin Sikap



2 comments:

  1. Mg lahir syahrir Baru lg, akibat penjajahan bukan kekayaan Alam Kita yg Di ambil tp dampaknya mental Kita menjdi mental penjajah....

    ReplyDelete

Pantai Timur Pangandaran

Pantai Timur Pangandaran
Snorklling

Capoeira Brasil Indonesia

Capoeira Brasil Indonesia

Gabung Aja Di Kiri

Gabung Aja Di Kiri

Roda

Roda

Maculele Performance

Maculele Performance