CAPOEIRA, TRAVELLING, STUDY AND LOVE

My LIfe My Adventure

Wednesday, July 25, 2012

NICCOLO MACCHIAVELLI

Niccolo Macchiavelli adalah seorang humanis Italia yang ingin membangkitkan kembali kebudayaan Romawi kuno, dengan mewujudkan kembali kekuasaan kekaisaran Romawi zaman dulu. Hal ini tidak mungkin melalui rakyat, sebab menurut pandangan Macchiavelli orang-orang biasa mengikuti nafsu-nafsunya yang jahat saja. Hanya bila dipaksa rakyat bertingkah, laku sesuai dengan kewajibannya. Tetapi kemungkinan ada akan muncul orang-orang berkuasa yang kuat, yang mampu mewujudkan cita-cita yang ambisius. Maksud Macchiavelli iarah memberikan pedoman bagi orang-orang semacam itu. Dalam memilih petunjuk-petunjuk yang tepat guna mencapai tujuan itu Macchiavelli tidak memperdulikan kewajiban-kewajiban agama dan moral, sebab ia telah melepaskan agamanya. Buku yang terkenal yang ditulisnya berjudul: Il Principe (Sang Raja). Ideal politik Macchiavelli menuntut adanya orang kuat. Kekuatan itu sebenarnya suatu kebijaksanaan untuk merencanakan jalan politik negara. Seorang pemimpin yang bijaksana memperhitungkan baik keadaan dan nasib masyarakat (necessita) maupun kemampuan pribadinya (virtio). Dengan kata lain: seorang raja harus mengetahui batas kemampuannya dan harus dapat menggunakan situasi yang baik untuk bertindak, melihat suasana dan aspirasi rakyat. Dalam merencanakan politik ini tak perlu raja dihalangi oleh pertimbangan-pertimbangan moral. Segala-galanya diizinkah: kekerasan, penipuan, pembunuhan, pengkhianatan dsb., jika hal ini dituntut untuk mempertahankan kekuasaan negara. Dapat terjadi seorang raja memperlihatkan sikap belas kasihan, kemanusiaan, kesetiaan dan keagamaan, akan tetapi kelakuannya itu tidak dirasakannya sebagai suatu kewajiban pribadi. Jika seorang raja bertingkah laku secara adil, ia berbuat itu demi kepentingan negara dan kekuasaan sendiri, yang sebenarnya sejajar yang satu dengan yang lain. Di lain fihak pada umumnya lebih bijaksana seorang raja membentuk undang-undang yang baik, membangun tentara yang kuat dan menjamin hak milik pribadi warganegaranya. Jika penguasa menjadi seorang perampok, maka kemungkinan besar warga-warganya akan memberontak dan dengan demikian negara dirugikan. Ternyata etik Macchiavelli tentang tugas seorang raja adalah suatu naturalisme belaka. Motif-motif yang luhur tidak main peranan dalam pertimbangannya mengenai kepemimpinan negara. Sistem Macchiavelly itu terkenal karena suatu ide modern yang terkandung di dalamnya, yakni: ragione di stato (raison d’ etat, Staatsrdson). Dengan kata ini diungkapkan bahwa sasaran tertinggi politik negara adalah mempertahankan kekuasaan negara. Moral dan hukum harus mentaati tun-tutan politik. Ide Staatsrdson sering kali digabungkan dengan ide ‘kepentingan umum’. Akan tetapi terdapat perbedaan nyata antara kedua ide tadi, oleh sebab kepentingan umum yang sungguh selalu terikat akan hukum normatif. Alasannya ialah, bahwa kepentingan umum pertama-tama diwujudkan dalam hukum normatif itu. Lepas dari hukum normatif seruan ‘demi kepentingan umum’ tidak lain daripada prinsip penggunaan kekuasaan yang imoral. Teori negara Macchiavelli menimbulkan pertanyaan yang masih aktual pada zaman sekarang, yakni mengenai penggunaan kekerasan oleh yang berkuasa. Apakah penggunaan kekerasan merupakan suatu sarana yang pantas dalam tangan pemerintah, ataukah harus ditolak sama sekali? Dalam mempertimbangkan masalah ini kiranya terlebih dahulu harus dibedakan antara dua makna politik. Makna yang pertama, yang dapat di-sebut bersifat moralistis atau idealistis, langsung berkaitan dengan tujuan politik, yakni well-being dari seluruh rakyat. Konsepsi etis ini dibela antara lain oleh Plato. Namun dalam zaman Plato sendiri konsepsi ini sudah nampak kurang realistis, sebab di mana-mana kepemimpinan negara merosot sampai menjadi tirani. Makna politik yang kedua yang dapat disebut bersifat teknis, berkaitan dengan kepemimpinan, artinya kemampuan seorang pemimpin untuk mencapai tujuannya sendiri dalam mengatur hidup negara. Di sini bekerja dalam bidang politik tidak berarti pertama-tama menuju kepada kesejah-teraan rakyat, tetapi berarti memiliki suatu kepandaian untuk meyakinkan orang-orang sehingga mereka berbuat apa yang dikehendakinya mereka berbuat. Siaran-siaran radio dan TV, dan pidato-pidato merupakan sarana untuk mencapai tujuan itu. Tetapi seandainya seorang yang berkuasa tidak berhasil untuk membawa rakyat ke arah tujuannya melalui kata-kata, maka hendaklah ia menggunakan kekuasaannya, pun pula dalam bentuk kekerasan. Oleh sebab Macchiavelli menghina rakyat sebagai bodoh dan terikat pada nafsu-nafsunya, ia sama sekali tidak peduli akan kesejahteraan rakyat. Bagi dia hanya penting bahwa rakyat dimanipulasikan sampai ikut dalam politik sang raja guna mempertahankan kekuasaannya. Ternyata inilah suatu pandangan yang ekstrem, oleh sebab hak-hak manusia sama sekali diabaikan. Kiranya politik negara memang harus bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Akan tetapi hal ini tidak mungkin tanpa sarana untuk mengikutsertakan rakyat dalam tujuan pembangunan itu. Oleh karena itu dalam urusan politik negara idealisme dan realisme harus berdampingan satu sama lain. Maka menurut pendapat umum penggunaan kekerasan diperbolehkan, asal jangan menentang hak-hak dasar rakyat. Ternyata pada zaman Macchiavelli hak-hak dasar itu belum diakui, dan karenanya kekerasan tak ada batasnya. Harus ditunggu zaman kita untuk mendapat suatu kebijaksanaan yang menggabungkan kepentingan negara dan martabat manusia secara lebih seimbang. Pustaka Filsafat hukum dalam lintasan sejarah Oleh Theo Huijbers

No comments:

Post a Comment

Pantai Timur Pangandaran

Pantai Timur Pangandaran
Snorklling

Capoeira Brasil Indonesia

Capoeira Brasil Indonesia

Gabung Aja Di Kiri

Gabung Aja Di Kiri

Roda

Roda

Maculele Performance

Maculele Performance