BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Pengertian Consumer Learning
Menurut Schiffman (2008), sebelum tahun 1950 situasi
pasar sangat berbeda dengan situasi saat ini. Pelaku bisnis pada saat itu masih
belum serius dari apa yang menjadi perilaku konsumen. Hingga pada tahun 1950-an
menjadi titik balik ketika konsep pemasaran lahir menjadi awal sebuah riset
tentang konsumen dan teori-teori perilaku konsumen hingga saat ini. Pembelajaran konsumen adalah cabang dari perilaku
konsumen yang berfokus pada proses pembelajaran konsumen. Pembelajaran konsumen
telah menarik bagi marketer karena pengetahuan ini merupakan kesempatan penting
untuk mengajarkan individu dalam peran mereka sebagai konsumen. Dengan mengajarkan mereka,
marketer
dapat memastikan bahwa produk dan layanan mereka
akan lebih dipilih daripada pesaing mereka.
Adapun menurut Lefton (1982)
mendefinisikan pembelajaran sebagai perubahan perilaku yang relative bersifat
tetap, yang terjadi sebagai akibat dari pengalaman. Definisi ini membedakan
antara pembelajaran dan reflex yang merupakan perilaku tidak disengaja yang
terjadi sebagai respons terhadap suatu stimulus. Hal penting yang harus
diperhatikan dari definisi tersebut adalah bahwa:
Ø Pembelajaran konsumen
adalah suatu proses, jadi pembelajaran ini secara terus menerus berlangsung dan
terus berubah sebagai akibat dari pengetahuan yang diperoleh atau dari
pengalaman yang sebenarnya.
Ø Pengetahuan baru dan
pengalaman pribadi berfungsi sebagai timbal balik bagi individu dan memberikan
patokan pada perilakunya dimasa yang akan datang dalam situasi yang serupa.
Arti
Proses Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen yang diakibatkan
oleh pengalaman. (Solomon,1999)
Dari
perspektif pemasaran, merupakan sebuah proses dimana seseorang memperoleh
pengetahuan dan pengetahuan pembelian dan konsumsi yang akan diterapkan pada
perilaku yang terkait pada masa yang akan datang. (Schiff dan kanuk, 2000)
Belajar
adalah suatu proses dimana pengalaman akan membawa kepada perubahan
pengetahuan, sikap dan perilaku. (Engel, Blackwell, dan miniard, 1995)
Belajar
dapat dipandang sebagai perubahan yang relatif permanen dari perilaku yang
muncul akibat pengalaman. (Loudon dan Delta Bitta, 1993)
1.1
Elemen Pembelajaran Konsumen
Pembelajaran konsumen merupakan proses ; artinya
terus menerus berkembang dan berubah karena adanya pengetahuan yang baru
diperoleh (yang mungkin didapat dari membaca, dari diskusi, dari pengamatan,
dan dari proses berpikir) atau dari pengamatan sendiri.
Peran pengalaman dalam
pembelajaran tidak berarti bahwa semua pembelajaran dicari dengan sengaja.
Walaupun kebanyakan pembelajaran adalah disengaja (yaitu, diperoleh sebagai
hasil pencarian informasi yang teliti), banyak pemebalajaran yang disengaja,
diperoleh secara kebetulan atau tanpa banyak usaha.
Jadi, dapat dikatakan
pembelajaran konsumen adalah suatu perubahan dalam perilaku yang terjadi
sebagai hasil dari pengalaman masa lalunya. Konsumen akan menyesuaikan
perilakunya dengan pengalamannya di masa lalu.
Ada beberapa elemen
dasar dalam pembelajaran :
a. Motivasi
Konsep motivasi penting bagi teori
pembelajaran. Bahwa motivasi didasarkan pada kebutuhan dan sasaran.
Motivasi berlaku sebagai pemacu pembelajaran. Sebagai contoh, pria atau wanita
yang menjadi pemain tenis yang baik terdorong untuk mempelajari semua yang
dapat mereka pelajari mengenai tenis dan mempraktikkannya kapan saja mereka
dapat. Mereka mungkin mencari informasi mengenai harga, kualitas, dan
karakteristik raket tenis jika mereka “mengetahui” bahwa raket yang baik
penting untuk memainkan permainan yang baik. Sebaliknya, individu yang tidak
tertarik dengan tenis mungkin mengabaikan semua informasi yang berhubungan
dengan permainan itu. Objek tujuan (kecakapan bermain tenis) hampir tidak ada
kaitannya sama sekali dengan mereka. Tingkat keterkaitan, atau keterlibatan,
menentukan tingkat motivasi konsumen untuk mencari pengetahuan atau informasi
mengenai suatu produk atau jasa. Menentukan motif konsumen merupakan salah satu
tugas utama para marketer, yang kemudian berusaha mengajar segmen konsumen yang
termotivasi mangapa dan bagaimana produk mereka dapat memenuhi kebutuhan para
konsumen.
b. Isyarat
Jika motif membantu mendorong
pembelajaran, isyarat merupakan stimuli yang memberikan arah berbagai motif
ini. Sebuah iklan untuk camp tenis
dapat menjadi isyarat bagi para penggemar tenis, yang mungkin segera “melihat”
bahwa mengikuti itu merupakan cara yang jitu untuk memperbaiki permainan mereka
sambil berlibur. Iklan itu merupakan isyarat, atau stimuli, yang menganjurkan
suatu cara khusus untuk memuaskan motif meninjol.
Di pasar, semua hal seperti harga, kemasan, iklan dan penataan toko menjadi
isyarat untuk membantu para konsumen memenuhi kebutuhan mereka dengan cara yang
spesifik menurut produk.
Isyarat membantu mengarahkan dorongan
konsumen jika konsisten dengan harapan-harapan konsumen. Para pemasar harus
hati-hati memberikan isyarat yang tidak merusak harapan-harapan tersebut.
Sebagai contoh, para konsumen menduga harga pakaian desainer mahal dan dijual
di toko-toko retail kelas atas. Jadi, seorang perancang mode kelas atas
seharusnya menjual mode kelas atas. Setiap aspek bauran pemasaran harus
memperkuat aspek lain jika isyarat harus menjadi srimuli yang membimbing
tindakan ke arah yang diingini oleh marketer.
c. Respons
Cara bereaksi individu terhadap dorongan
atau isyarat adalah bagaimana mereka berperilaku, akan membentuk respon mereka.
Pembelajaran dapat terjadi bahkan ketika tanggapan tidak jelas. Pabrikan mobil
yang memberikan isyarat yang konsisten kepada seseorang konsumen mungkin tidak
selalu berhasil mendorong terjadinya pembelian. Tetapi, jika pabrikan tersebut
berhasil membentuk citra model mobil khusus yang menguntungkan dalam pikiran
konsumen, maka ketika konsumen siap membeli, mungkin sekali dia akan
mempertimbangkan merk atau model itu.
Respon tidak terikat pada kebutuhan dengan
cara satu lawan satu. Memang kebutuhan atau motif dapat menimbulkan berbagai
macam tanggapan. Sebagai contoh, banyak cara untuk menjawab kebutuhan untuk
melakukan latihan fisik di samping bermain tenis. Isyarat memberikan beberapa
Respon mana yang dilakukan oleh konsumen sangat tergantung pada pembelajaran
sebelumnya; yang pada gilirannya tergantung pada bagaimana respon yang
berkaitan itu diperkuat sebelumnya.
d. Pendorong
atau Penguatan
Pendorong adalah sesuatu yang meningkatkan kecenderungan seorang
konsumen untuk berperilaku pada masa datang karena adanya isyarat atau
stimulus. Sedangkan penguatan untuk meningkatkan kemungkinan
bahwa respon khusus akan terjadi di masa yang mendatang karena adanya berbagai
isyarat atau stimuli khusus. Jika seorang mahasiswa menemukan bahwa obat
penahan rasa sakit merk tertentu yang diiklankan telah memungkinkannya untuk
terus berlari dalam marathon walaupun lututnya luka, ia lebih mungkin untuk
membeli merk yang diiklankan ketika ia mengalami luka yang lain. Jelaslah,
melalui penguatan yang positif, pembelajaran telah terjadi, karena obat penahan
rasa sakit telah memberikan pengaruh sesuai dengan harapannya. Selain itu, jika
obat penahan rasa sakit tidak dapat menghilangkan rasa sakitnya ketika ia
pertama memakainya, mahasiswa itu tidak akan mempunyai alasan untuk
menghubungkan merk tersebut dengan penghilang rasa sakit di masa yang akan
datang. Karena tidak adanya penguatan, tidak ada kemungkinan ia akan membeli
lagi merk itu, walaupun digiatkan periklanan yang luas atau isyarat-isyarat
penataan toko untuk produk itu.
1.2
Teori Pembelajaran Perilaku
Teori pembelajaran perilaku kadang-kadang disebut teori
stimulus-tanggapan karena didasarkan pada pemikiran bahwa tanggapan yang nyata
terhadap stimuli eksternal tertentu memberikan partanda bahwa pembelajaran
telah terjadi. Jika seseoarang bertindak dengan cara yang dapat diramalkan
terhadap stimulus yang dikenal, ia dikatakan telah “belajar”. Teori perilaku
tidak begitu banyak hubungannya dengan proses pembelajaran seperti halnya pada
masukan dan hasil pembelajaran; yaitu pada stimuli yang dipilih para konsumen
dari lingkungan dan perilaku yang nyata yang dihasilkan.
Menurut Solomon (1999)
menyatakan bahwa teori-teori belajar perilaku didasarkan pada asumsi bahwa
pembelajaran terjadi sebagai hasil dari respon terhadap kejadian eksternal. Sedangkan menurut Schiffman
(2008) mengacu pada teori-teori belajar perilaku sebagai teori stimulus-respon
karena mereka berfokus pada input dan hasil yang menghasilkan pembelajaran.
Pendekatan perilaku melihat pikiran individu sebagai "kotak hitam"
yang menekankan aspek diamati perilaku.
Dua teori perilaku yang banyak mempunyai hubungan dengan pemasaran adalah
pengkondisian klasik dan pengkondisian instrumental (operant).
a. Pengkondisian
klasik
Awal
teori pengkondisian klasik dianggap baik hewan dan
manusia sebagai entitas yang
relatif pasif yang bisa diajarkan
perilaku tertentu melalui pengulangan
atau pendingin (Schiffman. 2008).
Sebagai sebuah proses, pengkondisian klasik terjadi ketika stimulus yang memunculkan respon dipasangkan dengan
stimulus lain yang awalnya tidak mendapat
tanggapan apapun. Dalam perjalanan waktu, stimulus kedua menghasilkan respon
yang sama karena terkait dengan stimulus pertama
(Solomon. 1999).
Ivan
Pavlov, seorang ahli fisiologi Rusia, adalah
orang pertama yang menunjukkan fenomena
ini dalam perilaku anjing dan
diusulkan sebagai model umum tentang bagaimana belajar terjadi. Pavlov diinduksi pengkondisian klasik belajar dengan pasangan stimulus netral (lonceng)
dengan stimulus diketahui
menyebabkan respon air liur
pada anjing; ia menyemprotkan
bubuk daging ke
dalam mulut mereka. Serbuk
adalah stimulus berkondisi
karena itu secara
alami mampu menyebabkan respon.
Setelah banyak pengulangan tes, bel menjadi
stimulus terkondisi. Ini berarti bahwa meskipun
itu awalnya tidak menyebabkan
air liur setelah pengulangan
sehingga anjing
belajar untuk mengasosiasikan bel dengan bubuk
daging. Akhirnya suara
dering secara otomatis dapat mengeluarkan air liur tersebut.
Tanggapan anjing atas
suara, sekarang menjadi terkait dengan waktu makan,
disebut respon terkondisi
(Solomon.
1999).
Bentuk
dasar dari pengkondisian klasik terutama terkait dengan
respon yang dikendalikan oleh otonom (misalnya
air liur) dan saraf
(misalnya kedipan mata) sistem. Ini berarti bahwa pengkondisian klasik berfokus pada isyarat visual dan penciuman
yang menginduksi, misalnya, kelaparan atau gairah seksual. Secara umum, ketika isyarat tertentu terus dipasangkan
dengan rangsangan terkondisi
(misalnya merk) konsumen
dapat belajar misalnya untuk merasa haus saat kemudian
terkena isyarat merk
minuman.
Ada
tiga konsep dasar yang penting untuk pengkondisian klasik:
pengulangan, stimulus generalisasi, dan diskriminasi stimulus. Pengulangan meningkatkan kekuatan asosiasi antara stimulus terkondisi (Condition
Stimulus
/ CS) dan stimulus berkondisi (Uncondition
Stimulus
/ UCS). Namun, ketika
sebuah produk over exposed
di pasar akan
terjadi efek
redup
sebelum dapat mulai mengurangi
sampai akhirnya mereka menghilang.
Fenomena ini disebut kepunahan atau marketing
wearout (Schiffman. 2008).
Stimulus generalisasi
mengacu pada kemampuan rangsangan
mirip dengan stimulus dikondisikan (CS) untuk
membangkitkan respon terkondisi
serupa. Dalam penelitiannya, Pavlov melihat bahwa anjing
akan, dalam beberapa kasus, mengeluarkan air liur ketika mereka mendengar suara-suara yang menyerupai lonceng. Dengan cara yang sama, orang bereaksi terhadap rangsangan mirip dengan stimulus asli
menunjukkan terpasangnya respon terkondisi yang sama.
Diskriminasi stimulus
mengacu pada situasi ketika stimulus yang mirip dengan CS tidak diikuti oleh UCS.
Dalam situasi semacam ini, tanggapan yang melemah
dengan risiko tinggi akan menghilang (Solomon.
1999).
b. Pengkondisian
Instrumental (Operant Conditioning)
Solomon
(1999) menjelaskan bahwa pengkondisian operan, juga dikenal sebagai
pengkondisian instrumental, terjadi sebagai orang belajar untuk melakukan
perilaku yang menghasilkan hasil yang positif dan menghindari orang-orang yang
memberikan hasil negatif. Sementara pengkondisian klasik berguna untuk
menjelaskan bagaimana konsumen belajar perilaku sederhana, pengkondisian operan
berperan dalam
menjelaskan perilaku yang diarahkan pada tujuan yang lebih kompleks (Schiffman.2008). Perilaku yang diinginkan
dapat dipelajari selama periode waktu sebagai tindakan menengah dihargai dalam
proses yang disebut shaping.
Sementara pengkondisian klasik melibatkan pasangan penutupan dua rangsangan,
pengkondisian operan terjadi sebagai hasil dari penghargaan individu setelah
perilaku yang diinginkan. Ini berlangsung selama periode di mana berbagai
perilaku lain berusaha dan kemudian ditinggalkan karena mereka tidak diperkuat
(Solomon.1999).
Menurut
Solomon (1999), ada tiga cara di mana pengkondisian operan dapat terjadi:
penguatan positif, penguatan negatif, dan hukuman. Penguatan positif mengacu
memberikan hadiah setelah perilaku yang diinginkan dilakukan mendorong
pembelajaran dari respons yang tepat. Yang kedua, penguatan negatif, juga
memperkuat respon sehingga perilaku yang sesuai dipelajari. Dalam hukuman
respon diikuti oleh peristiwa tidak menyenangkan yang bertujuan mengajarkan
individu untuk melakukan perilaku yang diinginkan untuk menghindari efek
negatif. Hasil negatif yang disebutkan sebelumnya mengajar orang untuk tidak
mengulangi perilaku yang tidak diinginkan. Positif dan negatif penguatan
memperkuat hubungan masa depan antara respon dan hasil karena pengalaman yang
menyenangkan. Ini ikatan tertentu mungkin melemah dalam kondisi baik hukuman
dan kepunahan. Faktor
utama dalam pengkondisian operan adalah himpunan jadwal dimana
penguatan diberikan untuk perilaku yang sesuai. Jadwal menentukan seberapa sering penguatan disampaikan; itu
bisa dilakukan sesuai dengan interval
tetap, variabel interval, fixed-ratio, atau variabel-rasio. Menentukan jadwal
mana yang paling efektif untuk
penguatan sangatlah penting bagi marketer karena secara langsung
berkaitan dengan jumlah sumber daya dan usaha yang didedikasikan untuk menguntungkan konsumen dengan
tujuan pengkondisian perilaku
yang diinginkan.
Tetapan interval jadwal penguatan disampaikan setelah jangka waktu tertentu telah
berlalu. Dalam kondisi seperti itu, individu biasanya merespon perlahan segera
setelah penguatan tetapi tanggapan mereka mempercepat waktu untuk pendekatan
penguatan berikutnya. Variabel
interval jadwal penguatan disampaikan setelah jangka waktu yang bervariasi
sekitar beberapa rata-rata. Ini berarti bahwa orang tidak tahu kapan tepatnya
akan terjadi penguatan, sehingga tanggapan karena itu dilakukan pada tingkat
yang konsisten.
Ketika
penguatan disampaikan setelah sejumlah tetapan tanggapan, jadwal disebut tetap-rasio.
Jadwal ini memotivasi
orang untuk terus melakukan
perilaku yang sama berulang-ulang.
Pada gilirannya, variabel-rasio adalah ketika seseorang mendapat perkuatan sejumlah
respon, namun konsumen
tidak tahu berapa banyak tanggapan
yang diperlukan. Dalam situasi semacam ini orang cenderung untuk merespon dengan harga yang sangat
tinggi dan stabil. Jenis pendingin sangat
efektif sebagai perilaku yang
sangat sulit untuk memodifikasi.
1.3 C. Teori Pembelajaran Kognitif
Pembelajaran
kognitif terjadi sebagai
hasil dari proses mental. Berbeda
dengan teori-teori belajar perilaku,
belajar kognitif menekankan pada
individu sebagai entitas pemecah
masalah bukan hanya "kotak
hitam". Sebagaimana dicatat oleh Schiffman
(2008), individu, sebagai pemecah masalah, aktif menggunakan informasi dari lingkungan mereka untuk menguasai lingkungan mereka. Alih-alih menekankan pentingnya pengulangan
atau asosiasi imbalan dengan respon tertentu,
teori kognitif menekankan
peran motivasi dan proses mental dalam memproduksi respon yang diinginkan.
Teori
Perilaku menekankan rutin dan sifat otomatis
peredupan.
Teori kognitif berpendapat
bahwa bahkan peredupan
sederhana didasarkan pada proses kognitif.
Penalaran mereka menganjurkan
bahwa, misalnya, dalam pengkondisian
operan individu belajar
untuk mengharapkan stimulus
setelah respon mereka.
Selain itu, teori belajar kognitif menyatakan bahwa peredupan terjadi karena orang
mengembangkan hipotesis sadar dan
kemudian bertindak atas mereka.
a. Observasi
Pembelajaran
Observasi
pembelajaran adalah
jenis pembelajaran kognitif yang terjadi ketika individu mengamati tindakan
orang lain dan perhatikan penguatan
yang mereka terima untuk perilaku mereka (Solomon.1999).
Jenis pembelajaran adalah proses yang
sangat kompleks; orang perlu
menyimpan pengamatan nya dalam memori sehingga
nantinya informasi ini membantu
mereka memandu perilaku mereka
sendiri. Proses meniru perilaku orang lain disebut pemodelan. Pembelajaran observasional terjadi dalam
urutan sebagai berikut: pertama perhatian
diperlukan dari individu; kemudian, informasi diamati
di dalam memori; berikutnya, konsumen harus
mampu mereproduksi perilaku yang
diamati; dan akhirnya, situasi
muncul ketika perilaku yang dimaksud adalah sesuai, menghasilkan penguatan untuk
perilaku ini.
Semua langkah-langkah
yang diperlukan untuk pemodelan terjadi. Ini diringkas
dalam Gambar 1:
Gambar 1.
Komponen observasi pembelajaran
Memori
seseorang memiliki peran sentral dalam pengolahan informasi, dan oleh karena itu sangat
penting untuk memahami pembelajaran
kognitif. Solomon (1999) berpendapat bahwa
memori melibatkan memperoleh
informasi dan menyimpannya dari waktu ke waktu sehingga tersedia bila diperlukan. Pendekatan kontemporer untuk mempelajari
memori menggunakan jalur pemrosesan informasi pandang. Teori menganggap
bahwa pikiran bekerja dalam
beberapa cara seperti komputer;
pertama data input,
diproses dan output untuk kemudian digunakan dalam bentuk direvisi.
Proses memori terdiri dari tiga tahap: pengkodean, penyimpanan, dan pengambilan. Dalam pengkodean
informasi tahap dimasukkan
dalam bentuk yang sistem mengakui. Berikutnya, informasi
terintegrasi dengan apa yang sudah
dalam memori, dan kemudian disimpan untuk digunakan nanti. Pada tahap terakhir, yaitu
pengambilan, orang mengakses informasi yang diinginkan. Proses memori diringkas
dalam Gambar 2.
Gambar
2. Proses
memori
Pemasar mengandalkan konsumen menjaga
informasi yang mereka telah belajar
tentang produk dan jasa; percaya bahwa kemudian akan
diterapkan dalam keputusan pembelian.
Selama proses pengambilan keputusan
konsumen, orang "memori
internal dikombinasikan dengan memori
eksternal, yaitu semua rincian
produk di paket dalam
daftar belanja, untuk mengizinkan
alternatif merek untuk
diidentifikasi dan dievaluasi.
Solomon
(1999) menegaskan bahwa cara informasi dikodekan atau mental diprogram membantu
dalam menentukan bagaimana akan diwakili dalam memori. Secara umum, informasi
yang masuk yang berhubungan dengan informasi lain yang sudah tersimpan dalam
memori berdiri kesempatan yang lebih baik yang dipertahankan. Misalnya,
nama-nama merk yang mudah untuk memvisualisasikan atau yang terkait dengan
karakteristik fisik dari kategori produk (misalnya Aqua – air mineral) cenderung
lebih mudah disimpan dalam memori dari nama-nama merk yang lebih abstrak.
observational
learning digunakan untuk beberapa aspek, meliputi ;
- Mengetahui
pengembangan respons baru kepada konsumen terhadap penggunaan cara yang baru
dan menarik dari suatu produk.
- Mengetahui
pencegahan respons yang tidak
dikehendaki dengan menggunakan
panutan maupun tokoh model ketertarikan konsumen dan dapat memberikan
kepercayaan.
- Mengetahui
pemfasilitasan respons , model digunakan untuk memperagakan produk sehingga
menjadi daya tarik konsumen untuk bisa meniru model tersebut.
BAB II
STUDI KASUS
JURNAL
“CONSUMER
LEARNING EMBEDDED IN ELECTRONIC WORD OF MOUTH”
Konsumen
yang kurang pengalaman pribadi dengan produk secara online dan toko-toko
virtual yang melihat tingkat resiko yang tinggi dalam konteks e-commerce.
Konsumen perlu belajar tentang produk secara online dan vendor sebelum mereka
membuat keputusan pembelian. Elektronik kata-of-mulut (eWOM) merupakan media untuk
belajar sehingga tidak hanya mencakup rekomendasi spesifik tentang produk
secara online dan vendor, tetapi juga mendukung interaksi sosial antara
konsumen masa lalu dan potensi pada platform transaksi. Berdasarkan teori-teori
belajar konsumen dan Kemungkinan Model Elaborasi (Elaboration Likelihood Model), penelitian ini
mengusulkan kerangka kerja untuk analisis bagaimana eWOM membawa pembelajaran
konsumen dan pengaruh konsumen masa depan.
Berdasarkan
kerangka yang diusulkan, satu set besar ulasan konsumen yang dihasilkan dari
transaksi online dianalisis menggunakan metodologi analisis isi. Setelah
kategorisasi pesan review dengan belajar isyarat oleh review valensi,
penelitian ini
meneliti dampak dari tingkat pengalaman pembeli pada pengembangan konten ulasan (review content).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembeli berpengalaman cenderung untuk
memberikan isyarat sosial dan pembeli pemula termasuk isyarat lebih
transaksional dalam tinjauan teks. Selain itu, hasil menunjukkan bahwa dimensi
pembelajaran konsumen tidak terlepas dari tinjauan valensi. Studi kami
memberikan wawasan ke dalam implikasi teoritis dan praktis.
1.
Introduction
Dengan
munculnya Web 2.0 paradigma, pengguna internet memiliki beberapa alat seperti
sistem review pelanggan, forum diskusi online, dan situs jaringan sosial untuk
berbagi pendapat mereka dan pertukaran informasi. Ini formof word-of-mouth baru
(WOM), WOM elektronik (eWOM), ditandai sebagai pesan positif atau negatif yang
tersedia untuk setiap pengguna internet yang berasal oleh konsumen masa lalu
atau masa depan potensi tentang produk, layanan atau perusahaan [Hennig- Thurau
et al., 2004]. Ketika pengguna internet membuat keputusan pembelian, mereka
cenderung percaya ulasan secara online yang dihasilkan oleh konsumen dan menganggap
mereka sebagai lebih persuasif daripada iklan tradisional dari pemasar dan
perusahaan, dan laporan dari perusahaan pelaporan konsumen pihak ketiga
[Goldsmith dan Horowitz, 2006]. Laporan industri menyatakan bahwa 61% dari
konsumen berkonsultasi ulasan online sebelum melakukan pembelian baru dan bahwa
mereka adalah penting untuk situs e-commerce [Charlton, 2012]. Studi penelitian
telah menemukan bahwa EWOMs memiliki dampak yang signifikan pada penjualan
produk [Godes dan Mayzlin, 2004; Forman et al., 2008; Lu et al., 2014]. Selain
dampaknya pada penjualan produk, eWOMs telah diperiksa dalam hal pengirim
pesan, penerima pesan, karakteristik eWOM, dan dalam hal anteseden dan efek
pada niat pembelian dan penjualan [Hennig-Thurau dkk., 2004; Liu, 2006; Taman
dan Kim, 2008; Yap et al., 2013].
Salah satu
daerah yang telah mendapat perhatian penelitian hanya terbatas adalah eWOM
sebagai sumber belajar konsumen dalam konteks e-commerce [Chen et al, 2011.;
Cheung et al., 2012]. Konsumen dan e-pengecer fisik dan temporal dipisahkan
pada platform transaksi online seperti Amazon atau eBay [Lee, 1998; Gutiérrez
et al., 2010]. Konsumen melihat tingkat resiko yang tinggi dalam belanja online
karena mereka tidak bisa secara pribadi berinteraksi dengan produk untuk menentukan
karakteristiknya sebelum membuat pilihan. Selain itu, media komunikasi online
ramping menghilangkan isyarat-isyarat sosial, seperti bahasa tubuh, bahwa
konsumen dapat digunakan untuk menganalisis kepercayaan vendor online '.
Proses dimana
individu memperoleh pembelian dan konsumsi pengetahuan dan pengalaman mereka
berlaku untuk perilaku masa depan disebut konsumen belajar [Schiffman dan
Kanuk, 1983]. Beberapa teori pembelajaran konsumen, termasuk belajar
observasional, pembelajaran kognitif dan pembelajaran sosial, secara luas
dipelajari dalam literatur pemasaran, yang telah menemukan bahwa dalam konteks
belanja tradisional, konsumen belajar melalui pengalaman langsung seperti
pengalaman pribadi dari percobaan produk dan melalui pengalaman langsung seperti
Word-Of-Mulut dan laporan konsumen
pihak ketiga [Smith dan Swinyard, 1983]. Dalam konteks e-commerce, konsumen
belajar dengan mengamati volume penjualan, meninjau rekomendasi dan saran di
komentar teks lain, mencari informasi yang menegaskan penghakiman sebelum
[Mudambi dan Schuff, 2010; Chen, et al, 2011.; Cheung et al., 2012].
Literatur masa
lalu telah mempelajari pembelajaran observasional (belajar dengan mengamati
statistik penjualan ringkasan) dan pengolahan kognitif pesan eWOM di lingkungan
e-commerce [Hennig-Thurau dkk. 2004; Cheung dan Lee, 2012; Yap et al., 2013].
Tetapi studi masa lalu hanya diperlakukan sebagai komentar eWOM berbasis opini.
Kami berpendapat bahwa EWOMs mencerminkan masa lalu hasil belajar konsumen dan
membentuk kolam yang berharga dari pengetahuan sebagai lebih eWOMs dihasilkan.
EWOM tidak hanya mencakup rekomendasi spesifik tentang produk dan vendor,
tetapi juga memfasilitasi pembelajaran sosial. EWOM menjadi representasi dari
apa masa lalu pembeli telah belajar pada platform transaksi dan sumber
informasi bagi konsumen potensial di masa depan untuk belajar.
Karena pesan
eWOM diproses oleh calon konsumen untuk memperoleh pengetahuan dan bentuk sikap
baru, ini adalah proses persuasi, di mana komunikasi antara pengirim pesan dan penerima
pengolahan pesan [Taman dan Lee, 2009; Cheung dan Thadani, 2012]. Studi persuasinya telah mengkonfirmasi
bahwa efektivitas komunikasi persuasif adalah sebagian fungsi dari isi pesan
pembelajaran [Greenwald, 1968].
The Elaborasi
Kemungkinan Model (ELM) adalah tentang bagaimana argumen pada kontinum
elaborasi (elaborasi tinggi untuk elaborasi rendah) membentuk persuasif [Petty
dan Cacioppo, 1986]. Berdasarkan ELM, ada dua rute yang berbeda yang mendasari
efektivitas komunikasi persuasif - rute sentral dan perifer rute [Petty dan
Cacioppo, 1986]. Studi terdahulu mempertimbangkan kualitas argumen sebagai rute
dan sumber kredibilitas pusat dan kuantitas ulasan sebagai isyarat perifer
[Cheung dan Lee, 2012]. Bukti empiris menunjukkan bahwa rute-rute ini memiliki
dampak signifikan pada pembelian niat pesan penerima '[Cheung dan Lee, 2012].
Meskipun eWOM
sering menjadi sumber dari mana konsumen mempelajari produk dan vendor, ada
penelitian dalam konteks e-commerce telah sistematis diperiksa eWOM dari perspektif
pembelajaran konsumen. Untuk memahami eWOM dan pembelajaran konsumen, kita
mengadopsi pertanyaan penelitian "Apa isyarat pembelajaran yang
mencerminkan pembelajaran konsumen masa lalu yang eWOMs membawa dan bagaimana
mereka mempengaruhi potensi konsumen di masa depan?" Berdasarkan teori belajar konsumen dan Kemungkinan Model Elaborasi,
kami mengusulkan kerangka kerja untuk memeriksa isyarat berbeda bahwa konsumen
terakhir telah dipelajari tertanam dalam pesan eWOM oleh lima dimensi termasuk isyarat kognitif
pengolahan, isyarat kualitas informasi, isyarat partisipatif, isyarat-isyarat
sosial dan isyarat interaktif. Selanjutnya,
kami mengusulkan bahwa elaborasi eWOMs dengan kualitas informasi dan isyarat
pengolahan kognitif cenderung memicu pembelajaran kognitif konsumen masa depan
'sepanjang rute pusat; di sisi lain, elaborasi eWOMs dengan isyarat
partisipatif, sosial dan interaktif merangsang pengolahan pesan sepanjang rute
perifer.
Kami
secara empiris menerapkan kerangka kerja untuk memeriksa eWOM pada platform
transaksi menggunakan dataset yang besar dari sebuah situs web e-commerce
terkemuka Cina. Penelitian ini akan memberikan kontribusi untuk literatur
dengan menghubungkan pembelajaran konsumen dan aliran penelitian EWOM.
Kategorisasi isyarat pembelajaran konsumen dan peran mereka dalam persuasi yang
efektif EWOM akan memperdalam pemahaman tentang bagaimana untuk mengubah sikap
konsumen dan menyebabkan penjualan produk. Pemahaman ilmiah dan analisis
sistematis isyarat pembelajaran tertanam bahwa konsumen masa lalu termasuk di
eWOM akan memungkinkan konsumen potensial di masa depan untuk belajar secara
efektif dan pemasar untuk menemukan cara untuk meningkatkan daya tarik platform
transaksi dan meningkatkan tingkat konversi pelanggan.
2. Elektronik
Word-Of-Mouth (eWOM)
Dalam konteks
pemasaran, dari mulut ke mulut (WOM) komunikasi didefinisikan sebagai
"komunikasi informal yang diarahkan pada konsumen lain tentang
kepemilikan, penggunaan, atau karakteristik barang tertentu dan jasa dan / atau
penjual mereka" [de Matos dan Rossi, 2008]. Banyak penelitian menganggap
WOM menjadi salah satu konsekuensi perilaku kegiatan dan pengamatan psikologis
konsumen mengenai produk atau jasa [de Matos dan Rossi, 2008; Trusov et al.,
2009]. WOM diukur sepanjang dua dimensi: aktivitas WOM dan WOM pujian
[Harrison-Walker, 2001]. Kegiatan WOM mencakup aspek seberapa sering komunikasi
WOM berlangsung, jumlah orang mengatakan, dan jumlah informasi yang diberikan
oleh pengirim. WOM pujian mencerminkan valensi komunikasi WOM (positif,
negatif, atau netral).
Internet
memungkinkan pendapat pribadi dan komentar untuk menjangkau audiens yang besar
dengan biaya rendah. Sebagai salah satu jenis user-generated isi (UGC), eWOM
seperti ulasan konsumen dan pesan pada dasarnya berbeda dari WOM tradisional.
Pertama, komunikasi eWOM berbeda dari WOM tradisional karena skalabilitas belum
pernah terjadi sebelumnya dan kecepatan difusi, serta aksesibilitas yang luas
dan terukurnya [Cheung dan Thadani, 2012]. Kedua, eWOM lebih dianggap relevan
dengan konsumen dari informasi penjual-dibuat. Informasi produk dan penilaian
kinerja dari vendor online dan produsen sering disajikan dalam hal spesifikasi
teknis dan standar. Sebaliknya, ulasan pelanggan berfokus pada informasi produk
dan penggunaan yang berorientasi pengguna dan umumnya mudah dimengerti [Chen
dan Xie, 2008]. Ketiga, konsumen mempertimbangkan ulasan yang dibuat oleh
pengguna internet biasa (sumber terlihat) menjadi lebih berpengaruh dan dapat
dipercaya daripada rekomendasi dari ahli pihak ketiga [Lee et al., 2008].
Platform
transaksi seperti eBay menyediakan konsumen dengan kesempatan untuk memasukkan
evaluasi dan berbagi pendapat dan pengalaman melalui mekanisme umpan balik
secara online, juga dikenal sebagai sistem reputasi [Resnick et al., 2006].
Konsumen diminta untuk memberikan rating numerik dan komentar teks setelah
transaksi selesai. Platform transaksi sering memberikan ringkasan ulasan
informasi seperti jumlah tinjauan (volume) dan persentase positif / negatif
ulasan (valensi) untuk produk atau penjual di snapshot. Ia telah mengamati bahwa niat beli meningkat sebagai kuantitas dan
kualitas tinjauan peningkatan, sehingga pertumbuhan situs e-commerce di
Internet [Taman et al., 2007]. Dalam hal meninjau valensi, dibingkai positif
ulasan menyoroti kekuatan produk dan merekomendasikan produk kepada konsumen
potensial. Namun, calon konsumen menempatkan lebih berat pada ulasan negatif
dari pada ulasan positif di proses pengambilan keputusan mereka [Taman dan Lee,
2009]. Penelitian telah menunjukkan hubungan kausal positif antara ulasan
online dan penjualan produk [Liu, 2006; Forman dkk., 2009].
Meskipun review
Ringkasan informasi sangat membantu bagi konsumen, komentar teks memberikan
informasi pelengkap untuk rating abstrak [Mudambi dan Schuff, 2010]. Komentar
teks melibatkan konsumen sebelumnya pengalaman, evaluasi, dan opini. Resnick
dan Zeckhauser [2002] diringkas bahwa konsumen sering melihat ke eWOMs faktor
transaksional seperti kecepatan pengiriman, lead time dan konsistensi antara
deskripsi produk dan produk yang sebenarnya. Selain itu, komentar tentang
layanan vendor online juga dari nilai kritis di-proses pengambilan keputusan
konsumen [Andreassen dan Streukens, 2009]. Literatur melaporkan bahwa variasi
dalam kemampuan kognitif (keahlian) dari konsumen online menyebabkan konten
komunikasi yang berbeda [Granitz dan Ward, 2006]. Sebuah proxy keahlian
konsumen adalah tingkat pengalaman online dilacak oleh platform transaksi
online. [Brucks, 1985; Luo et al., 2013]. Granitz dan Ward [2006] mengamati
bahwa siswa bertanya semua pertanyaan, sementara ahli menyumbang lebih dari
sepertiga dari kata-kata yang berkaitan dengan rekomendasi produk dan hampir
setengah dari komentar menanggapi pernyataan orang lain. Dengan demikian,
perbedaan kognitif (perbedaan keahlian) antara individu-individu yang terkait
dengan peran sosial setiap orang dan mempengaruhi arah dan isi dari pertanyaan.
Pengetahuan
konsumen juga telah ditemukan untuk mempengaruhi pengolahan pesan dari ulasan
online. Taman dan Kim [2008] menemukan bahwa ulasan yang membahas atribut
produk sesuai konsumen dengan keahlian tinggi dan memiliki efek yang lebih kuat
pada konsumen ahli dari konsumen pemula. Sebaliknya, dengan jumlah tinjauan
ditemukan memiliki efek yang kuat pada niat pembelian konsumen pemula daripada
konsumen ahli.
Singkatnya, eWOM
dasarnya berbeda dari WOM tradisional. Studi terdahulu telah meneliti efek dari
berbagai bentuk eWOM (Ringkasan abstrak Ulasan penilaian dan komentar teks) dan
peran moderasi dari pengetahuan eWOM komposer pada konten eWOM.
3. Pembelajaran
konsumen pada Platform Transaksi (Consumer Learning on the Transaction
Platform)
Studi
terdahulu telah mengidentifikasi beberapa risiko yang terkait dengan pembelian
online, termasuk vendor dan produk risiko yang dirasakan. Risiko produk yang
dirasakan didefinisikan sebagai sejauh mana orang percaya bahwa jika mereka
membeli produk atau jasa melalui Internet, mereka akan menderita kerugian yang
disebabkan oleh produk atau jasa [Lim, 2003]. Hal ini ditemukan bahwa konsumen
prihatin, apakah atau tidak produk yang diterima sesuai dengan deskripsi produk
yang disediakan oleh vendor secara online [Resnick dan Zeckhauser 2002].
Konsumen juga prihatin apakah atau tidak produk yang rusak atau mungkin gagal
untuk memenuhi kebutuhan mereka [Bhatnagar dkk., 2000; Forsythe dan Shi, 2003].
Risiko penjual dirasakan didefinisikan sebagai sejauh mana orang percaya bahwa
jika mereka membeli produk atau jasa melalui Internet, mereka akan menderita
kerugian yang disebabkan oleh vendor Internet [Lim, 2003]. Konsumen mencari informasi tentang reputasi penjual, kehandalan,
kebajikan, kompetensi dan prediktabilitas untuk mengurangi risiko penjual
[Bhatnagar dkk., 2000; Salam et al., 2005].
Dalam rangka
meminimalkan risiko produk dan risiko penjual, konsumen perlu mencari,
memperoleh, dan memproses informasi yang relevan sebelum membuat keputusan
pembelian [Schiffman dan Kanuk, 1983]. Konsumen menggunakan pengetahuan yang
baru diperoleh sebagai umpan balik dan sebagai dasar untuk perilaku masa depan
[Schiffman dan Kanuk, 1983].
3.1 pembelajaran
observasional
Penelitian
telah menegaskan bahwa keputusan pembelian konsumen dipengaruhi dengan
mengamati volume penjualan dan dengan mengacu kepada orang lain 'eWOMs [Chen et
al, 2011.; Cheung et al., 2012]. Pembelajaran
observasional terjadi ketika konsumen mengamati tindakan orang lain dan membuat
pilihan yang sama bahwa orang lain telah membuat [Chen et al, 2011.; Cheung et
al., 2012]). Ketika ada sedikit atau tidak ada informasi yang tersedia
untuk mendukung kebijaksanaan dari keputusan pembelian, orang cenderung untuk
mengamati tindakan pembelian pelanggan masa lalu dan menempatkan berat badan
yang signifikan pada mereka dalam membimbing tindakan pembelian terakhir mereka
[Simpson et al., 2008; Ye et al., 2013]. Penelitian terakhir melaporkan bahwa
informasi pembelajaran observasional positif (volume penjualan yang tinggi)
secara signifikan meningkatkan penjualan, tetapi informasi pembelajaran
observasional negatif (volume penjualan rendah) tidak berpengaruh [Chen et al.,
2011].
3.2
Pembelajaran Kognitif
Konsumen
juga belajar dengan mengamati pendapat orang lain, rekomendasi, dan logika yang
mendasari tertanam dalam ulasan teks online [Chen, et al, 2011.; Cheung dan
Thadani, 2012]. Lainnya 'pendapat dan penalaran dapat mengurangi konsumen
kognitif upaya pengolahan dan energi pengeluaran dan meningkatkan proses
keputusan pembelian [Mudambi dan Schuff, 2010]. Konsumen juga bertambah
kepercayaan terhadap e-pengecer karena keprihatinan mereka dengan keamanan web
dan reputasi toko online yang dikurangi. Konsumen percaya bahwa mereka dapat
memprediksi keberhasilan pembelian online dan kualitas produk berdasarkan
isyarat tertanam dalam ulasan online. Literatur yang ada memberikan dukungan
empiris bahwa WOM negatif memiliki dampak yang lebih besar pada keputusan
konsumen dari WOM positif [Cheung dan Thadani, 2012].
3.3
Pembelajaran Sosial
Pembelajaran
konsumen adalah aktif, proses pembelajaran sosial. Modal sosial dari berbagai
sumber di komunitas online ditemukan untuk memfasilitasi pembelajaran konsumen,
yang mengarah ke hasil perilaku konsumen [Hung dan Li, 2007]. Selain argumen
kualitas, konsumen mencari interaksi online, pengakuan dan rasa komunitas
melalui kunjungan situs sering dan partisipasi [Brown et al., 2007; Yoon,
2012]. Isyarat sosial dan informasi latar belakang adalah nilai penting untuk
penerima pesan ketika mereka mengevaluasi kelayakan pesan untuk diri mereka
sendiri. Chen dan Xie [2008] berpendapat bahwa ulasan konsumen cenderung untuk
memeriksa kinerja produk dari aspek kemampuannya untuk mencocokkan situasi
penggunaan konsumen.
Meskipun
perbedaan antara pendekatan pembelajaran, teori
belajar secara umum setuju bahwa unsur-unsur dasar pembelajaran meliputi
motivasi, isyarat, respon dan penguatan [Schiffman dan Kanuk, 1983]. Konsumen online termotivasi untuk belajar
karena mereka memiliki kebutuhan untuk berbelanja online dan tujuan untuk
meminimalkan potensi risiko dari belanja online. EWOM berisi berbagai
isyarat yang berkaitan dengan produk, transaksi dan sosialisasi kepada konsumen
langsung untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sistem reputasi online pada platform
transaksi menyediakan konsumen dengan kesempatan untuk memberikan umpan balik
berdasarkan pengetahuan yang baru diperoleh dan pengalaman aktual dengan rating
transaksi selesai dan menyusun komentar teks (eWOM). Akumulasi pembeli individu
'pengetahuan produk dan belanja pengalaman yang diwujudkan pada platform
transaksi. Komentar teks sering termasuk berbagai isyarat, merangsang
pembelajaran dan memicu respon positif dari penerima pesan. The Elaborasi
Kemungkinan Model (ELM) persuasi dianggap tepat dalam menjelaskan persuasif
komentar teks (eWOM) dan memprediksi tanggapan dari penerima pesan [Cheung dan
Thadani, 2012].
Literatur telah
menunjukkan bahwa eWOM berisi beberapa isyarat bahwa konsumen mencari dalam
proses belajar tentang produk dan vendor pada platform transaksi.
Pesan teks tunggal mungkin hanya mengungkapkan satu atau dua aspek proses
belajar konsumen individu. Repositori tinjauan secara online sejarah menyajikan
sejumlah besar pengalaman dan pengetahuan bersama oleh pembeli terakhir dan
mencerminkan berbagai aspek proses pembelajaran konsumen. Ketika penerima pesan
mengambil isyarat pembelajaran dalam pesan teks, elaborasi pesan eWOM memainkan
peran penting dalam pengolahan informasi mereka. Pesan EWOM dengan elaborasi
yang tinggi memiliki efek kuat terhadap niat beli pesan penerima 'daripada
eWOMs dengan elaborasi rendah [Cheung dan Thadani, 2012]. Berdasarkan
teori-teori belajar konsumen dan ELM, kami mengusulkan selanjutnya kerangka
analitis untuk mengeksplorasi pembelajaran konsumen tertanam dalam eWOM pada
platform transaksi.
4.
Kerangka Konsumen Belajar Tertanam di eWOM (A Framework for Consumer Learning
Embedded in eWOM)
Teknologi
Web 2.0 memungkinkan konsumen untuk
bersosialisasi, berinteraksi dengan konsumen lain dengan minat yang sama dan
mengekspresikan pendapat mereka sendiri pada platform transaksi. Konsumen
melaporkan hasil pembelajaran mereka tentang produk, proses transaksional dan
vendor online dengan terlibat dalam kegiatan eWOM. EWOM telah menjadi objek
fokus dalam belajar dan pembelian proses potensi konsumen. Konsumen potensial
di masa depan mengambil pendekatan yang berbeda untuk belajar tentang produk
secara online dan vendor pada platform transaksi, termasuk belajar
observasional, pembelajaran kognitif dan pembelajaran sosial dengan berbagai
tingkat keterlibatan. Berdasarkan teori belajar konsumen, kami mengusulkan
untuk menganalisis pembelajaran konsumen tertanam di eWOM pada lima dimensi:
isyarat pengolahan kognitif, isyarat kualitas informasi, isyarat partisipatif,
isyarat-isyarat sosial dan isyarat interaktif (lihat kerangka analisis yang
diusulkan pada Tabel 1). Setiap dimensi kerangka menghasilkan dampak seperti
terlibat pelanggan, memungkinkan pembelajaran konsumen, dan meningkatkan nilai
informasi kepada pelanggan.
Dimensi
kognitif mengacu pada pernyataan menunjukkan pengetahuan dan keterampilan yang
berkaitan dengan produk. Terjadinya masa lalu konsumen belajar ditunjukkan
dalam pesan teks dengan cara pertanyaan dinyatakan dan cara kesimpulan yang
diambil tentang produk. Oleh karena itu, isyarat kognitif tertanam dalam pesan
teks memberikan informasi penting bagi para calon pembeli. Tingkat pengetahuan
A konsumen memainkan peran penting dalam seleksi nya tinjauan dan interpretasi
konten ulasan [Taman dan Kim, 2008]. Pembaca Ulasan bisa mencocokkan
pengetahuan dan pengalaman mereka sendiri dengan situasi yang dijelaskan dalam
ulasan dan memperkirakan kurva belajar mereka sendiri. Pencocokan dan estimasi
tersebut memainkan peran penting dalam membuat keputusan pembelian. Analisis
kognitif kita memungkinkan untuk mengidentifikasi keterampilan terkait dengan
penalaran kritis, dan kemudian mengevaluasi tingkat pengolahan informasi yang
diterapkan oleh konsumen. Beberapa konsumen dengan tingkat tinggi pengetahuan
produk bahkan dapat bermanifestasi pembelajaran metakognitif dengan
membandingkan dan mengkontraskan produk dengan merek kompetitif.
Dimensi
kualitas informasi mengacu pernyataan yang menunjukkan pengetahuan dan
keterampilan yang berkaitan dengan faktor-faktor informasi seperti sikap
pelayanan, tingkat konsistensi antara produk nyata dan deskripsi produk, dan
pengiriman atau kemasan produk. Resnick dan Zeckhauser [2002] dianalisis ulasan
eBay.com dan menemukan bahwa ulasan umumnya terkait dengan proses transaksional
pada platform e-commerce. Potensi pembeli terutama mencari pengalaman pengulas
'sebelumnya dengan aspek transaksional. Konsumen sehingga menghemat biaya
pencarian informasi dengan membaca ulasan online, dan mengurangi risiko dengan
mengamati ulasan konsumen pada faktor-faktor intangible seperti kualitas
pelayanan penjual, memesan waktu pemenuhan, dan masalah pengiriman khas.
Dimensi
partisipatif mengacu pada panjang setiap pesan dengan konten berlaku untuk
setiap transaksi [Henri, 1992]. Jika gambaran yang akurat tentang umpan balik
pelanggan diperlukan, tidak cukup hanya untuk mengukur panjang review [Mudambi
dan Schuff, 2010]. Namun, panjang pesan dapat berguna untuk memahami sikap
resensi. Taman dan [2008] studi Kim menunjukkan bahwa orang-orang yang sangat
terlibat dengan produk atau masyarakat cenderung menghasilkan ulasan dengan
kualitas argumen tinggi; ulasan ini umumnya panjang dan berisi logika yang
kuat.
Dimensi
sosial didefinisikan sebagai "pernyataan atau bagian dari pernyataan tidak
terkait dengan konten formal subyek" [Henri, 1992, Halaman 126]. Untuk
dimensi sosial, kita membatasi diri untuk mengidentifikasi ekspresi faktor
sosial. Isyarat-isyarat sosial mencakup pengenalan diri atau informasi latar
belakang. Informasi latar belakang dan tanda-tanda sosialisasi dapat memberikan
informasi tambahan kepada pembeli lain dan memungkinkan mereka untuk
mencocokkan pengalaman dijelaskan dengan situasi mereka sendiri. Orang
termotivasi untuk berbelanja online, tidak hanya oleh kemudahan dan berbagai
pencarian, tetapi juga oleh keanggotaan dalam kelompok dan interaksi sosial
dengan orang lain dengan minat yang sama [Dennis et al., 2009]. Kehadiran sosial
merupakan fitur penting bahwa Web 2.0 platform interaktif mencoba untuk
memasukkan [Cyr et al., 2007; Hassanein dan Kepala, 2007]. Tingkat tinggi
kehadiran sosial yang dirasakan dampak positif yang dirasakan kegunaan,
kepercayaan, dan kenikmatan belanja online, yang mengarah ke sikap konsumen
yang menguntungkan untuk platform transaksi online dan e-pengecer [Hassanein
dan Kepala, 2007].
Dimensi
interaktif mengacu pernyataan yang ditujukan kepada pihak ketiga, termasuk masa
lalu dan masa depan pembeli. Interaksi sosial antara konsumen dapat diamati
dalam ulasan konsumen ketika pesan teks diarahkan kepada konsumen potensial.
Tipe lain dari interaksi dalam sistem reputasi online antara penjual dan
pembeli. Penjual diperbolehkan untuk menanggapi komentar pembeli, yang mungkin
termasuk pertanyaan atau komentar negatif. Analisis interaktivitas
mengungkapkan apakah konsumen secara aktif berbagi informasi dan melibatkan
konsumen lain di platform e-retailing.
Selain beberapa
dimensi dari isi pesan, persuasi dari pesan eWOM memainkan peran penting dalam
mempengaruhi perubahan sikap pembaca pesan. Efektivitas komunikasi persuasif
adalah sebagian fungsi dari isi pesan pembelajaran [Greenwald, 1968].
Berdasarkan Kemungkinan Model Elaborasi (ELM), kami mengusulkan bahwa elaborasi
eWOMs dengan kualitas informasi dan isyarat pengolahan kognitif cenderung
memicu pemrosesan pesan pada rute pusat [Cheung dan Thadani, 2012]. Pada rute
pusat, penerima pesan eWOM kognitif belajar tentang atribut produk dan vendor
online, dibandingkan dengan penilaian sebelumnya, dan berhubungan dengan
involvedness pribadi untuk membentuk atau mengubah sikap (Petty dan Cacioppo,
1981). Di sisi lain, elaborasi eWOMs dengan isyarat partisipatif, sosial dan
interaktif merangsang pengolahan pesan pada rute perifer. Pada rute perifer,
penerima pesan eWOM sering bergantung pada panjang pesan dan isyarat interaktif
dan sosial untuk memutuskan apakah akan menerima pesan tersebut atau tidak.
Bukti yang ada menunjukkan bahwa sikap seseorang dapat berubah berdasarkan
terangsang mempengaruhi atau cocok kebutuhan dalam komunikasi [Petty et al.,
1991]. Akibatnya, elaborasi eWOM isi pesan dan pembelajaran isyarat isi pesan
sangat penting untuk pengolahan pesan masa depan konsumen.
Pesan EWOM
sering memiliki beberapa isyarat yang memerlukan pengolahan informasi pada
kedua rute sentral dan perifer. Sebuah dataset besar dari Taobao.com, sebuah
situs e-bisnis populer di Cina, digunakan untuk secara empiris menguji
pembelajaran konsumen dalam ulasan online di Taobao.com. Menurut teori ELM,
pengirim pesan berbeda dalam kemampuan untuk menguraikan manfaat pesan.
Pengaruh pengalaman tingkat pembeli pada komposisi eWOM juga diperiksa. EWOM
ditampilkan di kedua statistik ringkasan abstrak dan pesan teks. Sejak pesan
teks yang sering digunakan sebagai suplemen untuk ringkasan abstrak, kami
menguji hubungan antara masing-masing dimensi dan review valensi.
Akhirnya,
kemampuan pesan pengirim dan mengakibatkan perbedaan dalam seleksi informasi,
pengolahan dan inferensi dipelajari. Analisis dapat menunjukkan bagaimana
pembeli (pengirim pesan) pada tingkat pengalaman yang berbeda masa lalu berbeda
sepanjang setiap dimensi pembelajaran konsumen tertanam di eWOM.
Tingkat
pengalaman pembeli dan dimensi pembelajaran konsumen di eWOM. Dari Tabel 4,
kita menemukan bahwa sebagian besar orang (86,4%) fokus pada kualitas
informasi, yang mencerminkan beberapa belajar tentang faktor transaksional
penting dalam belanja online. Oleh karena itu, pembeli telah belajar tentang
proses pembelian secara online, kualitas layanan e-pengecer, dan faktor-faktor
penting lainnya seperti waktu pemenuhan pesanan dan pengiriman.
Tes chi-square kemudian dilakukan untuk menguji apakah
konten ulasan ini berbeda di tingkat pengalaman dalam lima dimensi diidentifikasi
dalam kerangka kerja kami. Kami menemukan bahwa ulasan dari pembeli dengan
tingkat pengalaman yang berbeda adalah sama dalam kognitif, partisipatif dan
interaktif dimensi (lihat Tabel 4). Untuk dimensi kognitif, 5,2%
dari pesan teks konsumen yang dihasilkan terfokus pada pengolahan informasi
kognitif. Uji chi-square menunjukkan bahwa untuk isyarat kognitif pengalaman
tingkat pembeli tidak signifikan secara statistik (chi-square = 2,6089, df = 3,
p = 0,4559). Dengan kata lain, pembeli dengan tingkat pengalaman yang berbeda
memberikan sekitar tingkat yang sama dari isyarat kognitif. Untuk dimensi
partisipatif, panjang pesan rata-rata komentar teks konsumen yang dihasilkan
adalah 51,3 karakter. Tidak ada pola ulasan panjang telah diidentifikasi antara
kelompok pembeli yang berbeda '. (Satu arah ANOVA digunakan untuk menguji
apakah atau tidak meninjau panjang yang berbeda secara signifikan antara
kelompok-kelompok pembeli yang berbeda 'adalah, dan nilai-p dari 0,421
menunjukkan bahwa perbedaan tidak signifikan secara statistik.). Interaksi
adalah fitur unik dari komunikasi online di era Web 2.0. Untuk dimensi
interaktif, 7,1% dari ulasan konsumen termasuk komentar yang mewakili
interaktivitas dengan pembeli lain secara langsung. Uji chi-square menunjukkan
tidak ada perbedaan statistik dalam isyarat interaktif disampaikan oleh
berbagai kelompok pembeli (chi-square = 4,48, df = 3, dan p = 0,215).
Meskipun
kesamaan dalam dimensi kognitif, partisipatif dan interaktif, ulasan dari
pembeli dengan tingkat pengalaman yang berbeda yang ditemukan menjadi sangat
berbeda dalam dimensi transaksional dan sosial. Untuk dimensi kualitas
informasi, uji chi-square menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan
secara statistik di berbagai kelompok pembeli (chi-square = 11,17, df = 3, p =
0,011). Diamati bahwa pembeli berpengalaman disampaikan isyarat transaksional
lebih sedikit daripada pembeli pemula.
Untuk dimensi
sosial, uji chi-square menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan secara
statistik dalam jumlah isyarat sosial di berbagai kelompok pembeli (chi-square
= 6,96, df = 3, dan p = 0,073). Hal ini diamati bahwa 5,8% dari ulasan konsumen
mengandung beberapa isyarat-isyarat sosial, dan lebih berpengalaman pembeli
adalah isyarat sosial yang lebih mereka disampaikan dalam pesan teks.
Singkatnya,
pembeli berpengalaman mengalokasikan ulasan panjang terhadap isyarat sosial,
sementara pembeli pemula mendedikasikan konten ulasan lebih ke isyarat
informasi dalam tinjauan mereka.Untuk dimensi
partisipatif, panjang rata-rata ulasan non-positif adalah 89,9 karakter, dan
rata-rata lama tinjauan positif adalah 44,6. Jadi, ulasan negatif cenderung
memiliki informasi lebih lanjut, argumen, dan ekspresi emosional.
Sebuah uji
chi-square kemerdekaan dilakukan untuk memeriksa apakah masing-masing dari
empat dimensi dalam rangka independen dari tinjauan valensi. Untuk mempermudah
proses coding, kami hanya menggunakan dua jenis valensi sini, yaitu, positif
dan non-positif. Tabel 5 menunjukkan bahwa 2.928 (85,2%) dari 3.438 pesan
dikodekan sebagai ulasan positif, dan 510 (14,8%) dikodekan sebagai ulasan
non-positif (termasuk netral, dicampur, atau ulasan negatif).
persentase
ulasan non-positif relatif lebih tinggi bila isyarat kognitif yang hadir. Hal
ini menunjukkan bahwa ketika konsumen tidak puas, mereka cenderung memberikan
isyarat lebih kognitif. Untuk
ulasan dengan isyarat transaksional pada dimensi kualitas informasi, analisis
chi-square menunjukkan bahwa ada atau tidak adanya dimensi kualitas informasi
statistik tidak independen dari tinjauan valensi (chi-square = 4,705, df = 1,
p-value = 0,030). Ulasan positif mendominasi ketika dimensi kualitas informasi
hadir. Dengan kata lain, ketika konsumen puas, mereka cenderung memberikan
lebih isyarat kualitas informasi.
Untuk dimensi
sosial, analisis chi-square menunjukkan bahwa ada atau tidak adanya isyarat
sosial secara statistik tidak independen dari tinjauan valensi (chi-square =
9,077, df = 1, p-value = 0,003). Hal ini mengamati bahwa tidak adanya
isyarat-isyarat sosial lebih terkait dengan ulasan positif. Hal ini menunjukkan
bahwa ketika konsumen tidak puas, mereka cenderung memberikan isyarat lebih
sosial. Untuk
dimensi interaktif, analisis chi-square menunjukkan bahwa ada atau tidak adanya
isyarat interaktif secara statistik tidak independen dari tinjauan valensi
(chi-square = 6,585, df = 1, p-value = 0,01). Hal ini mengamati bahwa tidak
adanya isyarat interaktif lebih dikaitkan dengan ulasan non-positif. Dengan
kata lain, ketika konsumen puas, mereka cenderung memberikan isyarat lebih interaktif.
Singkatnya,
hasil chi-square test menunjukkan bahwa keempat dimensi tidak terlepas dari
tinjauan valensi. Ketika konsumen puas (memberikan ulasan positif), pelanggan
cenderung memberikan isyarat informasi lebih lanjut dan isyarat interaktif. Di
sisi lain, ketika pelanggan memiliki evaluasi non-positif, mereka cenderung
memberikan isyarat lebih kognitif dan sosial.
KESIMPULAN
Bahwa Consumer Learning menunjukkan
bahwa pembeli berpengalaman cenderung untuk memberikan isyarat sosial dan
pembeli pemula termasuk isyarat lebih transaksional dalam tinjauan teks. Selain
itu, hasil menunjukkan bahwa dimensi pembelajaran konsumen tidak terlepas juga dari pembelajaran prilaku dan pembelajaran
koqnitif.
pembelajaran
konsumen di eWOM. EWOMs pada platform transaksi tidak lagi hanya 'pendapat dan
rekomendasi tetapi telah menjadi pengetahuan sebagai Repository
of Consumen yang mempengaruhi tentang toko online dan produk. Kami berharap
bahwa kerangka analisis yang diusulkan dan hasil empiris yang diperoleh dalam penelitian
ini akan merangsang lebih banyak penelitian seperti
ini dan membantu praktisi e-commerce memahami
bagaimana untuk membantu pelanggan belajar dan menghasilkan penjualan online.
REFERENSI
- Schiffman. Leon G dan Kanuk. Leslie Lazar. “Prilaku Konsumen, Edisi Ketujuh”. Indeks.2007.
- Andreassen, T.W., dan S. Streukens. "Layanan Inovasi dan Elektronik Word-of-Mouth: Is It Worth Mendengarkan Untuk ?," Managing Service Quality, Vol. 19, No. 3: 249-265, 2009.
- Bhatnagar, A., S. Misra, dan H.R. Rao. "Pada Risiko, Convenience, dan Perilaku Internet Belanja," Komunikasi dari ACM, Vol. 43, No. 11: 98-105 2000.
- Brown, J., A. Broderick, J., dan N. Lee. "Word of Mouth Komunikasi Dalam Komunitas Online: Konseptualisasi Jaringan Sosial Online," Journal of pemasaran interaktif, Vol. 21, No. 3: 2-20, 2007.
- Brucks, M. "Pengaruh Kelas Produk Pengetahuan Informasi Cari Perilaku," Journal of riset konsumen, Vol. 12, No. 1: 1-16, 1985.
- Charlton, G. "E-commerce Ulasan Konsumen: Mengapa Anda Perlu Mereka dan Cara Gunakan Them" Econsultancy.com, 30 Juni 2012.
- Chen, Y., T. Wang, dan J. Xie. "Interaksi Sosial online: Sebuah Percobaan Alam di Word of Mouth Versus observasional Learning," Journal of Marketing Research, Vol. 48, No 2: 238-254, 2011.
- Chen, Y., dan J. Xie. "Konsumen Online Ulasan: Word-of-Mouth sebagai Elemen Baru Pemasaran Komunikasi," Ilmu Manajemen, Vol. 54, No. 3: 477-491, 2008.
- Cheung, C.M.K., X. Bo, dan I.L.B. Liu. "Dampak observasional Belajar dan Elektronik Word of Mouth pada Keputusan Pembelian Konsumen:. The Moderating Peran Konsumen Keahlian dan Keterlibatan Konsumen" Dalam, Ilmu System (HICSS), Hawaii International Conference ke-45, 3228-3237, 2012.
- Cheung, C.M.K., dan M.K.O. Lee. "Apa Drives Konsumen untuk Menyebarkan Firman Elektronik of Mouth di online Platform Consumer-Opini," Sistem Pendukung Keputusan, Vol. 53, No. 1: 218-225, 2012.
- Cheung, C.M.K., dan D.R. Thadani. "Dampak Elektronik Word-of-Mouth Communication: Sebuah Analisis Sastra dan Integrative Model," Sistem Pendukung Keputusan, Vol. 54, No. 1: 461-470, 2012.
- Chevalier, J.A., dan D. Mayzlin. "Pengaruh Word of Mouth Penjualan: Ulasan Buku Online," Journal of Marketing Research (JMR), Vol. 43, No. 3: 345-354, 2006.
Anapoker Percayakan pendaftaran akun permainan judi kartu anda pada hanya disitus kami, dan rasakan pengalaman bermain terbaik tanpa rasa kecewa
ReplyDeleteBermain di Anapoker Pastinya akan dibayarkan secara cepat dan tanpa menunggu lama lagi
Contact Anapoker Sekarang juga
Whatsapp : 0852 2255 5128
Line ID : agenS1288
Telegram : agenS128
Promo Bonus Untuk Member Baru AgenS128, Casino IDNLive :
Freebet Casino Online
sbobet alternatif
Freebet Casino Online Terbaru IDN Live
link sbobet
sabung ayam online
adu ayam
casino online
sabung ayam bangkok
ayam laga birma
poker deposit pulsa
deposit pulsa poker
deposit pulsa
deposit pulsa
deposit pulsa